[Ruang Karya] Cerpen: Backstreet
RUANG KARYA
CERPEN
BACKSTREET
Cerita cinta ini dimulai dari seorang gadis yang duduk di bangku
SMA kala itu. Gadis ini bernama Adinda, tapi teman-temannya akrab memanggil
Dinda. Dinda ini tipe anak yang introvert dan pemalu, di sekolahnya dia cuma
main sama 3 orang teman dekatnya aja. Dinda gak pernah coba buat main sama
teman-temannya yang lain, sampai-sampai anak kelas sebelah juga gak tahu kalau
ada anak yang namanya Dinda di sekolah. Di sekolahnya, Dinda cuma belajar,
masuk kelas, ke kantin buat beli makan, ke toilet, sholat di masjid, sama
palingan berdiri pas upacara doang. Teman-teman dekatnya yang udah hafal sifat
Dinda sudah gak keheranan lagi sama tingkahnya.
Boro-boro mau ngomongin cowok sama Dinda, teman cewek aja dia
sedikit dan itu juga cuma 3 doang dari satu sekolah. Sampai-sampai pada
percakapan sore hari di kamar Dinda dan Ibunya.
Ibunya berkata,
“Dinn, udah ada pacar?” ibunya bertanya dengan muka khawatir. Dinda jawab,
“Buuu, Ibu ini kenapa tiba-tiba saja nanya pertanyaan seperti itu”.
Ibunya jawab, “Ayahmu khawatir, tuh sama kamu, Din. Takut kamu gak
suka sama cowok. Kalau Ibu sih ya, tahu kamu pacaran kamu tak sembelih, Din.”
Adinda yang mendengar hal itu langsung kaget sambil bilang, “Ibu,
Ayah kok mikirnya macem-macem banget, aku masih normal kok, ya ampun, iya Bu
aku gak ada pacar kok, kalau boleh tahu kenapa sih Bu, Dinda gak boleh punya
pacar?”
“Kamu masih kecil, Din. Ibu takut kamu belum tahu gimana caranya
ngadepin cowok yang gak bener, bikin sakit hati, Din,” jawab Ibunya.
“Ehmm iya okei,” jawab Dinda
dengan agak murung.
Beberapa bulan setelah sibuknya Dinda ujian sekolah dan liburan
pun tiba… Ada pesan masuk ke ponselnya yang berisikan:
“Din,
lagi sibuk gak? temenin nonton film, yuk!”
Dinda
menjawab pesan dari orang itu kalau dia mau nemenin buat nonton filmnya, karena
kebetulan sekarang udah liburan sekolah. Dan ternyata, benar aja, ajakan itu
adalah ajakan dari cowok yang udah lama dekat dengan Dinda tanpa diketahui oleh
siapa-siapa, bahkan teman dekatnya. Keluarlah mereka berdua dan ketemuan di
Mall dekat rumahnya. Dinda dan cowok ini udah cukup lama berkomunikasi lewat
sosial media, karena ternyata cowok ini adalah tetangganya Dinda dulu,
tapi karena sudah
habis masa kontrak, cowok ini pindah rumah dan mereka sudah lama gak saling
bertemu setelah beberapa tahun.
“Din, gimana kabar Bapak Ibu,
sehat?” tanya si cowo ini.
Dinda jawab, “ehm iya
Alhamdulillah baik kok, kalau Bapak Ibumu gimana?”
Cowo itu jawab, “oh nyaa Alhamdulillah selalu sehat. Din, kamu
inget gak kita dulu suka manjat pohon pas kecil, haha.”
“Hadeuhh, iya ya, kenapa aku nakal banget ya dulu? Aku paling
inget dulu pas itu kamu nyebelin banget ngikutin aku pas aku lagi jalan-jalan
naik sepeda, apa coba maksudnya? dasar nyebelin, hahaha” jawab Dinda.
“Nyebelin atau ngangenin niiii,”
kata si cowok itu iseng.
“Hehh, itu nyebelin banget tahuuu, risih tahu gak sih, digituin,”
jawab Dinda sambil malu-malu meong.
“Lagian kamu lucu, sih kalau lagii
kesel gini,” kata si cowok.
“Plis dehh, ini tuh gak lucu, tapi ngeselin kayak orang nyulik
tahu gak sih? Kan aku jadi takut,” jawab Dinda.
“Iyaa,
kan emang mau nyulik hati kamu,” gombalan basi dari cowok. “Gombalan kamu
bagus, cocok masuk benteng takeshi,” jawab Dinda.
Terlibatlah percakapan unyu-unyu mereka mengenang masa kecilnya
dan membahas film yang sudah mereka tonton di tempat makan dekat Mall itu.
Saking asiknya ngobrol dan nostalgia masa kecil, Dinda gak sadar kalau ternyata jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. HP Dinda mati karena lowbatt. Akhirnya, mereka berdua segera pulang karena hari sudah malam.
Sesampainya Dinda di rumah,
“Dari mana aja, kamu?” tanya Ibunya dengan muka jengkel. “Ehm itu
Bu, anuuu,” jawab Dinda seperti orang gugup.
“Kamu tahu gak ini jam berapa? Ditelepon gak diangkat, dichat gak
dibales, kamu pacaran ya, Din? Kamu inget gak Ibu bilang apa kemarin?”
“Engga Bu, aku gak pacaran,” jawab
Dinda.
“Dinn, Ibu tuh gak mau ngelihat kamu disakitin cowok, makanya Ibu
gak suka kalau kamu pacaran,” ucap Ibunya.
Ayahnya yang memahami perasaan
anaknya menyela kemarahan Ibunya,
“Ibuu, udahlah biarin Dinda bersih-bersih dulu, tidur dulu, udah
malem juga kasihan Dinda” kata Ayahnya dengan rasa kasihan. Lalu Dinda pun
bersih-bersih dan tidur sambil menangis di dalam kamar malam itu, menyesali
perbuatannya karena Dinda tahu hal itu salah sampai mengkhawatirkan Ibunya.
“Pahh, Dinda itu gak boleh kenal
cowok dulu, ngerti gak sih kamu sebagai Ayahnya? Dinda itu masih belum tau
apa-apa,” ucap Ibunya sambil ingin menangis
“Iya sayang, udah ya... yuk yuk kamu yang tenang, Dinda gak bakal
kenapa-kenapa kok,” jawab Ayahnya buat nenangin istrinya.
Keesokannya, Dinda dan Ibunya terlihat duduk di ruang TV untuk
ngobrol tentang kejadian semalam.
“Kamu inget, kan, apa yang
dibilangin Ibu kemarin?” tanya Ibu.
Adinda jawab, “Ibuu, jadi gini, kemarin itu aku pergi nonton
bareng temen, terus ngobrol gak lihat HP, Bu.”
“Kamu ini aneh Din, kenapa sih kamu kalau dibilangin ada aja
alesannya?” tanya Ibunya sambil terheran-heran sama alasannya Adinda.
Adinda hanya terdiam tidak bisa
berword-word.
Ibunya bilang, “Din, kamu tahu? Kenapa Ibu bisa takut banget sama
kamu? Karena kamu, Din. Inget gak kamu pas kelas satu SMA? Kamu ketemu orang
aja gak mau, disuruh sekolah gak mau, makan gak mau, keluar dari kamar juga gak
mau. Ibu tuh takut kalau kamu kenapa-kenapa, kamu gak pernah mau cerita sama
Ibu, kamu milih buat ngurung diri.”
Karena hal yang
diomongin Ibunya, Dinda merasa sakit hati. Dia seperti teringat masa lalunya
yang kelam, yang sudah lama dia pendam, tapi dengan sekejap diingat lagi oleh
Ibunya karena Ibunya kehilangan kontrol ketika sedang memarahi Dinda…
Karena
dirasa sumpek dengan keadaan yang sedang terjadi, Dinda milih buat nenangin
diri di suatu taman dekat rumahnya. Tak beberapa lama, cowok itu datang menemui
Dinda karena ternyata Dinda yang menyuruhnya untuk menemuinya…
“Kenapa, Din? Gimana Ibumu? Kamu
kena marah, ya? Maafin aku ya, Din,” kata cowok itu.
“Ini
bukan salah kamu, Rel,” jawab Dinda (hah, rel kereta maksudnya? engga-engga,
nama cowok nya ternyata adalah Farel)
“Seriusan deh, Din, aku minta maaf banget kalau gegara aku kamu
jadi nangis gini” jawab si Farel.
“Rel, kamu tahu Ibu, kan? kalau
udah marah tuh gimana?” kata Dinda.
“Iya, Din, tahu kok tahu, nyelekit yaah, Ibu kamu masih gak
ngebolehin kamu kenal cowok yaa?,”
“Iyaa, Rel. Tapi kamu tahu gak, sih? Aku gak suka kalau dia udah ngungkit-ngungkit masa lalu, aku jadi bingung harus gimana Relll, apa aku jujur aja ya sama Ibu tentang itu?” Dinda bingung harus gimana.
“Dinn, kalau kamu udah yakin buat cerita, cerita aja gak papa, aku bantu kok,” jawab Farel.
“Tapi
aku takut Rel,” kata Dinda.
“Kamu tenangin diri kamu dulu aja ya, Din, baru kamu buat keputusan, aku di sini bakal nemenin kamu kok, janjii, kalau ada apa-apa cerita aja, ya, jangan sungkan,” kata Farel Akhirnya mereka berdua memutuskan pulang ke rumahnya masing-masing. Farel masuk ke rumah langsung berbaring ke kasur, dan di sana ada kakaknya yang tanpa diketahui oleh Farel.
Farel ngomong
sendiri sambil senyum-senyum sendiri, “lucu banget ya dia kalau lagi sedih gitu
mukanya,”
Kakak Farel yang
bingung Farel senyum-senyum sendiri berkata, “Cinta tak seindah itu, dasar
bocil.” Farel tak menghiraukan kakaknya dan ngomong lagi sama diri sendiri,
“kenapa gue semikir ini, ya sama dia?”
Kakaknya Farel
yang kepo bertanya, “ehhh yang lu sebut ‘dia’ itu siapa, sih?”, sambil nepuk
jidat farel biar dia sadar.
Farel
yang baru sadar kalau ternyata ada kakaknya yang duduk di meja belajar kamarnya
langsung mengusir kakaknya yang amburadul masuk kamar gak bilang-bilang,
“Elooo
ngapain di sini aelahh, pergi sono di kamar lo sendiri” kata Farel sambil nutup
pintu dan dorong kakaknya biar keluar.
Malam
pun tiba….
Farel yang mencoba untuk tidur tapi gak bisa tidur dan mencoba
lagi dan gak bisa lagi sehingga Farel terjebak di lingkaran setan itu (haha).
Ternyata Farel masih mikirin tentang Dinda yang selama ini Dinda sudah menjadi
cinta pertamanya. Farel memiliki perasaan yang tak biasa pada Dinda sejak
kecil. Farel belum bisa melupakan cinta pertamanya, karena yang ia lihat
seorang Dinda adalah gadis yang lucu, suka bercerita tanpa habis dan enak buat
diajak ngobrolin hal apapun dengannya.
Sementara di lain tempat, Dinda yang sedang memikirkan kenangan
masa lalunya yang sudah lama ia pendam, teringat kembali karena kemarahan
ibunya. Hal itulah yang menjadi kebimbangan seorang Dinda, karena ternyata
Dinda memiliki rahasia yang ia tidak pernah ingin menceritakannya kepada
siapapun termasuk dengan ibunya sendiri.
Paginya, Dinda dan teman-temannya memutuskan untuk pergi main. Mereka keluar buat berenang dan pulangnya mampir ke tempat makan yang biasa mereka jadiin tempat nongkrong dan ghibah. Salah satu temennya yang ngeliat Dinda kayaknya murung terus bertanya,
“Kamu
kenapa, Din? lagi ada masalah,
ya? Apa
jangan-jangan kamu sekarang udah galauan cowok, yaa?”
temannya nanya sambil godain Dinda.
Dinda
jawab, “Ih apa sih, engga kok, bukan
galauin cowok, tapi..kemarin aku bertengkar sama Ibu gegara aku pulang main
kemalaman”
Temennya
langsung heboh ngedengerin Dinda. Dia berpikir kalau Dinda pulang malam karena
habis main sama pacarnya
“Kita harus
ngerayain ini gaisss”, kata salah satu teman Dinda.
“Apaan, nih tiba-tiba?” “Dinda udah punya
pacar gaisss,”
“Yuk yuk, ngapain
ya enaknya? bakar-bakaran gak sih?” “bakar
ape? Bakar rumah?” “Ya iya dong, eh engga dong,
haha”
Temannya
sibuk mikirin mau ngapain dan alhasil curhatan Dinda gak digubris, padahal ini bukan waktunya buat ngerayain. Hal ini bikin Dinda ga ngerasa nyaman, dan akhirnya Dinda
cabut duluan dari tongkrongan itu dan langsung ninggalin teman-temannya.
Cerita flashback ketika Adinda kelas 10 SMA, yang artinya
dua tahun yang lalu di suatu kafe …
“Sayang, kamu mau makan apa?” tanya sesosok laki-laki.
“Ehm
aku pengen minum aja deh, udah kenyang aku”, jawab Dinda.
“Ohh oke dehh,
mba minum 2 ya sama nasi,” seorang laki-laki memesan. “Kamu gimana sekolahnya? Banyak tugas ga?” tanya laki-laki itu.
“Ahh
engga, aku kan rajin udah semua dong tugasnya, hihi pacarnya siapa dulu ni,”
jawab Dinda.
“Ihhh
pinternya pacar masss,” jawab laki-laki itu (yakk geli ya, iya gue juga geli
soalnya wkwk tapi kebutuhan bumbu bumbu romantis).
Pulanglah mereka…
dengan seorang laki-laki ini mengantar Dinda di depan gang (Ganteng doang
nganter cewe depan gang wkwk).
“Gapapa sampe sini aja?, kenapa sih aku gak boleh ketemu Ibu kamu?” tanya laki-laki itu.
“Suttt, udah pulang sana nanti ketauan”. Jawab Dinda sambil ngeliatin sekitar”
“Ya iya deh iaa, tapi jawab dulu kapan aku bisa ketemu Ibu sama Bapamu,” tanya laki-laki itu
“Iyaa
pokoknya nanti juga kalo dah waktunya”, jawab Dinda sambil terburu-buru.
Laki-laki
yang sudah jelas bahwa dia lah pacar Dinda pulang dengan segera karena Dinda
udah nyuruh dia pulang cepet cepet. Sepulang itu, Dinda yang sama sekali tidak
dicurigai oleh kedua orang tuanya segera masuk ke dalam kamar ….
Selama Dinda menjalin hubungan dengan pacarnya, Dinda mulai banyak
memutuskan hubungannya dengan orang disekitarnya. Dinda jadi seorang yang
lebih banyak murung, lebih suka sendirian, tidak terbuka dengan orang
disekitarnya termasuk dengan orang tuanya sendiri. Orang tuanya mencoba
untuk mendekati Dinda, tapi Dinda tetap memperlihatkan sikap tidak nyaman.
Malam harinya Dinda ketiduran karena lelapnya. Dia tidur semalam
itu, dan keesokan paginya teleponnya sudah ada banyak missed call 21 kali dengan
pesan 15. Dan yah, itu dari pacarnya yang mencari dan sudah memarahi Dinda
karena dirasa Dinda tidak ada kabar semalam.
Dinda biasa aja seakan-akan hal ini memang sudah biasa
pacarnya bertindak seperti itu, dan benar saja ternyata memang pacarnya itu
tukang marah, pacarnya itu gampang banget buat curiga sama Dinda meskipun
pacarnya tahu kalau Dinda tidak akan macam-macam. Dinda pernah mencoba untuk
memutuskan hubungannya dengan pacarnya karena Dinda sudah mulai tidak nyaman
ketika apa-apa harus berkabar. Namun hal ini justru ngebuat pacarnya memberi ancaman, kalau sampai putus dia
bakalan nekad ke rumahnya Dinda buat bilangin ke orang tuanya kalau Dinda udah
berani berani pacaran di belakang tanpa sepengetahuan Ibunya. Pacarnya memang mengetahui bahwa Dinda kalau ketahuan pacaran bakalan dimarahi habis-habisan. Hal
itu menjadi senjata agar Dinda tetap bisa menuruti apa yang menjadi kemauan
pacarnya itu.
Dinda sadar bahwa perkataan Ibunya memang benar, tapi karena Dinda
tidak mendengarkan apa perkataan Ibunya, Dinda menjadi terjebak dihubungan yang
toxic ini. Karena kejadian inilah Dinda takut untuk menceritakan kepada orang
tuanya. Orang tuanya sudah melarang, tapi Dinda tidak nurut dengan
orang tuanya. Hal ini yang membuat Dinda kebingungan untuk mencari jalan keluar. Dinda merasa seorang diri dan tidak memiliki teman untuk menceritakan apa yang
harus Dinda lakukan ketika menghadapi situasi tersebut.
(Resolusi)
Tak
lama dari cerita flashback, suara pintu mengetuk Tok tok tok “Din, keluar yuu”
Ibunya mengajak Dinda untuk keluar. “Kenapa Ibu?” tanya Dinda.
“Udah keluar aja, yuk, cepet” jawab
Ibunya
Keluarlah
Dinda dari kamar dan seketika Dinda kaget karena ternyata Farel udah bersama
Ibu dan Bapanya duduk di ruang tamu.
“Bu, Pak, ini maksudnya apa ya?”
tanya Dinda.
Farel jawab, “Dinn, udah waktunya Ibu Bapak kamu tahu biar kamu gak ngerasa sendirian”
Mendengar hal itu
Dinda punya firasat kalau Farel menceritakan semua cerita yang dulu pernah Dinda ceritain ke Farel ketika itu.
Dinda langsung bertanya dengan nada agak ngegas, “Rel lu siapa si?! Ngapain si ikut ikut urusan gue segala?!”
Ibu dan bapaknya menjawab, “hehh gaboleh gitu Din, Ibu udah tau kok dan it’s normal sayangg, kamu gaperlu takut kalo Ibu bakal marah, itu semua
hanyalah ketakutan kamu, sayang.”
Bapak menambahkan, “yang kamu alamin itu Din, kamu harusnya bisa
terbuka sama kita-kita, kalo ada masalah ceritain,”
Dinda jawab, “Ga segampang itu Bu,
Pak, aku takuttt”
Bapak jawab, “Iya Bapak ngerti, tapi dengan begini kan Ibu Bapak jadi
bingung sama Dindanya kenapa, Bapak pasti bakal bela kamu sayang, tapi bapak
tetep salut sama kamu karena kamu bisa ikhlasin cowo itu dan kamu sekarang udah
mau mencoba memperbaiki diri kamu sendiri nakk, Bapa sama Ibu bangga,” ucap Bapak sambil
berusaha nenangin dan mastiin kalo untuk cerita itu hal yang wajar.
Ibunya nambahin, “Walaupun Ibu kaget dengernya, tapi Ibu lebih
lega karena kamu sekarang udah jadi jauh lebih dewasa, lain kali cerita ya
sayang, apapun Ibu bakal dengerin cerita kamu,”
“Ibuuuu Bapaak, Dinda minta maaf yaaa karena udah berani berani
bohongin kalian dan Dinda jadi tau apa akibatnya,” kata Dinda dengan penuh
penyesalannya.
(Penutup)
Setelah semuanya
terungkap, Farel dan Dinda kembali ke taman itu yang ternyata taman itu adalah
pertama kalinya mereka berkenalan di masa kecil.
“Dinn,
maafin aku ya, aku dah ngasih tahu semua ini ke orang tua kamu tanpa
bilang-bilang” kata Farel.
Dinda
jawab, “Rel makasih ya kamu udah jadi temen curhat aku selama ini, aku gak tahu bakal gimana kalau gak ada kamu”
Farel jawab, “temen curhat doang nih? aduh sakit euyy”
Dindaa jawab,”ihh apan sih Rel kamu”
Farel sambil senyum-senyum, “Dinn, kita masih muda masih banyak
waktu buat kita habisin buat memperbaiki dan ngembangin diri kita, pesan aku ya
Din, kejar cita-cita kamu ya Din dan sampai bertemu nanti di dimensi waktu yang
baru, yang entah nantinya siapa duluan yang nikah, haha.”
“Rell kamu mau jadi apa di masa
depan?” tanya Dinda.
“Kamu tanya aku mau jadi apa? Cita-cita aku punya anak dan ibunya
namanya Dinda,” jawab Farel.
“Rell plis, gombalan macam apa
lagi ini astaga,” jawab Dinda.
“Din, tahu gak? Aku
sebenernya… suka sama kamu” farel dengan gugup Dinda jawab, “iya udah tahu kok”
“Din
tau dari mana?” tanya Farel dengan kagetnya.
Dinda jawab, “Lah
itu sih kamu ngasih tau beberapa detik yang lalu” Farel jawab,“ealah asemmmm”
Cerita
ditutup dengan keaseman dari jawaban Dindaa….
BIONARASI
Putri
Rahmawati atau lebih sering dipanggil Rahma sama teman-teman kuliahnya adalah
seorang mahasiswa semester dua. Ia lahir di Cirebon pada 17 Juli 2005. Menulis
cerpen adalah kegiatan yang baru untuknya, karena menurutnya untuk usia yang
masih muda tidak ada salahnya untuk menggali apa yang menjadi potensi terdalam
di dalam dirinya. Ketertarikannya Ia dengan menulis cerita pendek adalah tidak
lain dari role modelnya yaitu Raditya Dika. Sedari menunggu masuk semester
baru, Ia mencoba memulai sesuatu yang baru dalam hidupnya dengan menulis. Buat
tau kegiatan Rahma mengisi kekosongan liburan semesternya, bisa dilihat di akun
Instagram @putriraahmawati.
Komentar
Posting Komentar