[Opini] AI Merajalela Di Kalangan Mahasiswa, Sebuah Terobosan Dan Ketergantungan
WEEKLY POST
Penulis: Sibyan
Era terus berkembang, zaman terus silih berganti hinggan kini menciptakan temuan yang dinamakan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegence/AI). AI Sudah bukan hal asing pada zaman sekarang, bahkan dikalangan mahasiswa. Dengan banyaknya fitur yang dimiliki AI membawa begitu banyak terobosan dan juga menyediakan begitu banyak kemudahan. Apalagi kini banyak AI yang berbasis pada suatu keahlian tertentu. Hal ini menjadi solusi cepat dalam menyelesaikan berbagai macam tugas perkualiahan.
Namun, femomena ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Penggunaan AI dikalangan mahasiswa menjadi salah satu bentuk bantuan dari kemajuan teknologi dan juga masifnya penggunaan AI oleh mahasiswa menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran. Begitu banyak manfaat yang ditawarkan oleh kehadiran AI, mulai dari mampu mempercepat proses analisis, membantu menemukan ide-ide, dan menambah wawasan baru bagi mahasiswa.
Disisi lain terdapat kekhawatiran dari masifnya penggunaan AI ini dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa, yakni potensi ketergantungan yang berlebih. Akibat penggunaan AI yang begitu masif mengakibatkan mahasiswa hanya menyalin jawaban dari AI tanpa tau isi materi. Semua yang serba AI ini juga mematikan proses berpikir mahasiswa, menurunkan kemampuan untuk memahami dan menganalisis, terlebih lagi menulis. Proses yang diselesaikan secara instan tanpa mempelajari setiap langkah-langkahnya secara mendalam akan mengurangi pemahaman mahasiswa.
Kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan oleh AI menyebabkan kampus dan dosen dihadapkan dengan kebijakan dosis penggunaan AI dalam proses perkualiahan. AI begitu menunjang kegiatan mahasiswa tapi bila dibiarkan akan memunculkan ketergantungan yang berlebih. Beberapa hal yang perlu di garis bawahi menurut saya tentang penggunaan AI ada beberapa seperti, perlunya kesadaran paa tiap-tiap mahasiswa bahwa AI adalah alat pembantu dalam pembelajaran bukan sebagai ujuk tombak pengganti nalar. Juga perlu adanya arahan dan pengawasan yang baik dari para dosen untuk mahasiswa agar dapat menggunakan AI secara bijak.
Kampus dan dosen pun kini dihadapkan pada dilema apakah melarang total penggunaan AI, atau justru mengajarkan cara menggunakannya secara etis dan bertanggung jawab? Menurut saya, pendekatan yang paling sehat adalah pendekatan kritis dan adaptif. Mahasiswa perlu diberi pemahaman bahwa AI adalah alat, bukan pengganti nalar. Penggunaan AI harus disertai refleksi, pengolahan ulang, dan verifikasi sumber agar tidak menjadi kebiasaan instan yang melemahkan kemampuan berpikir kritis. Bagi mahasiswa pun yang dalam belajar telah ditunjang oleh AI namun masih perlu untuk mengverifikasi sumber, menalar informasi yang didapat, mengkritisi dan mengkaji ulang materi yang sedang di pelajari.
Jadikan AI sebagai partner dalam belajar, karena dampak yang ditimbulkan AI tidak untuk di tinggakan secara mutlak melainkan ditujukan sebagai tantangan bagi mahasiswa maupun umat manusia.
Editor: Difa Septiari Septiari
Komentar
Posting Komentar