Apa itu stress? Yuk simak penjelasan dibawah ini tentang pengertian hingga bagaimana cara mengelolanya!

Oleh : Kelompok Genap Psikologi 5A

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Stress adalah salah satu masalah yang sering muncul, mulai dari stress yang ringan sampai pada stress yang paling berat. Faktor dari adanya pemicu stress pun beragam, mulai dari pendidikan, keluarga, hingga pekerjaan. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami stres. Di Indonesia tercatat sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mmengalami stress. Stres dapat dikatakan sebagai keadaan individu yang mempunyai pandangan mengenai tuntutan lingkungan yang besar/banyak, tetapi tidak bisa terpenuhi oleh kemampuan individu tersebut atau mungkin stres bisa terjadi ketika individu tidak mampu menanganinya (coping).

Periode stress

Menurut Ellis (1994), ada tiga perilaku yang bisa dikaitkan dengan periode stress:

1. Activating event (Faktor A), terjadinya peristiwa yang mendasari terjadinya sumber stres, misalnya kegagalan tes PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau terjebak kemacetan dijalan

2. Belief system (Faktor B), adanya keyakinan atau persepsi terhadap peristiwa,dalam melihat keyakinanya itu ada positif/ negatif dan ada juga rasional (reaksi yang tepat dan bijaksana) dan ada irasional (rekasi yang salah dan emosional)

3. Consecuence (Faktor C), dampak (emosi atau perilaku) dari cara berfikir (belief sytem) apakah positif/negatif yang merupakan hambatan dari activitating event (peristiwa).

Jadi yang menyebabkan seseorang mengalami stres atau gangguan emosional (Faktor C) itu bukanlah dampak dari peristiwa yang dihadapi (Faktor A) tetapi disebabkan oleh keyakinan yang irasional atau yang negatif saat memandang peristiwa yang sedang ia alami atau rasakan (Faktor B).

Sedangkan Periode stress menurut Dr. Robert J. Van. Amberg (dalam bukunya Sapuri Rafy), membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

a. Stres Tahap I, Tahapan ini merupakan tahapan yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan Semangat bekerja basar, berlebihan (over acting), penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelsaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula, merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stres Tahap II, Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan seseorang yang berada pada tahap II adalah, Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

c. Stres Tahap III, Pada tahap ini keluhan-keluhan semakin nyata dan mengganggu, yaitu: Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan maag dan buang air besar tidak teratur, ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan merasa oyong dan serasa mau pingsan)

d. Stres Tahap IV, Keluhan-keluhan pada tahap ini, yaitu sebagai berikut, Untuk betahan sepanjang hari saja amat sangat sulit, aktifitas pekerjaan yang semula menyenagkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi keilangan kemampuan untuk merspon secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, sering kali ajakan karena tiada semangatdan gairah, dan daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

e. Stres Tahap V, Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological axhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana dan gangguan sistem pencernaan semakin berat, sera timbul perasaan ketakutan dan kecekmasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres Tahap VI, Tahap ini disebut tahap klimaks, karena seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahapan VI ini adalah Debaran jantung teramat keras, susah bernafas (sesak dan megap-megap), sekujur badan tersa gemetar, dingin, dan berkeringat, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan, dan pingsan atau kolaps (collapse).

Gejala stress

Seseorang dapat dikatakan sedang mengalami stress, ketika dia berperilaku berdasarkan gejala-gejala yang diperlihatkannya diantaranya :

1. Gejala fisik berupa sakit kepala, sakit lambung atau maag, hipertensi, sakit jantung, insomnia, mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang selera makan dan sering buang air kecil.

2. Gejala psikis berupa gelisah atau cemas, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, frustasi, suasana hati mudah berubah-ubah, bersikap pesimis, hilang rasa humor, agresif dan sering melamun.

Ketika individu mengalami stres akan muncul reaksi dari stressor yang dialaminya Yusuf (2011: 112) membagi kedalam empat reaksi yaitu,

1) Reaksi fisik yang ditandai dengan munculnya kelehan fisik seperti kesulitan tidur, merasa sakit kepala, telapak tangan sering berkeringat

2) Reaksi emosional ditandai dengan munculnya reaksi dari perasaan yang merasa diabaikan, tidak memiliki kepuasan,cemas

3) Reaksi perilaku atau behavioralditandai bersikap agresif, membolos, dan berbohong untuk menutupi kesalahan

4) Reaksi proses berpikir, ditandai dengan kesulitan konsentrasi, perfeksionis, berpikir negatif hingga tidak memiliki priotitas hidup.

Penyebab Stress

Stress merupakan bagian dari kehidupan manusia, namun stress tidak akan datang dengan tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab. Artinya, stress muncul tentu ada penyebabnya, untuk itu individu harus mampu mencari penyebab stress agar dapat mengenali, mengurangi bahkan menghilangkan stress yang melanda dirinya. Penyebab stressor sendiri terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

1) Faktor Internal, yang mana faktor ini berasal dari dalam diri seseorang. Dengan bersangkutanya kondisi emosi akan mudah mengakibatkan munculnya stres pada diri seseorang. Seperti halnya adanya rasa takut yang berlebihan, rasa bersalah, ataupun adanya rasa cinta yang berlebihan.

2) Faktor Eksternal, yang mana faktor ini disebabkan dari luar diri seseorang. Dalam hal ini, seseorang bisa mengalami stres itu karna adanya cobaan yang berupa musibah yang tidak baik. Seperti kekurangannya pemasukan (tidak punya duit), dikucilkan, adanya bencana alam yang menimpanya, problem keluarga, persahabatan, maupun percintaan.

Berikut ini beberapa hal yang dapat menyebabkan muncul stress pada individu, antara lain:

1. Perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai

2. Aktivitas yang tidak seimbang

3. Tekanan dari diri sendiri

4. Suatu kondisi ketidakpastian

5. Perasaan cemas

6. Perasaan bersalah

7. Jiwa yang dahaga secara emosional, dan kondisi sosial ekonomi.

Adapun menurut Fahriza, M. R., & Ulfa, L. (2019). Faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Stresor fisik atau biologis. Misalnya, penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, danpostur tubuh yang dipersepsi tidak ideal.

2. Stresor psikologis. Misalnya, berburuk sangka, frustasi karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan, hasud, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan di luar kemampuan.

3. Stresor sosial. Misalnya, hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis, perceraian, pengangguran, kematian, pemutusan hubungan kerja, kriminalitas, dan lain-lain (Yusuf dan Nurihsan, 2006; Siswanto, 2007)

Akibat Stress

1. Frustrasi : ketegangan jiwa yang tidak menyenangkan disertai kecemasan dan kegiatan simpatetis yang disebabkan oleh adanya suatu hambatan. Misalnya kecemasan neurotik, seperti takut turun dari pesawat karena takut di Mekkah mendapat hukuman atas dosanya. Frustrasi harus ditanggapi secara positif, seperti mobilisasi, resignasi (tawakal), kompensasi, sublimasi dll.

2. Konflik dalam jiwa yang disebabkan oleh kompleksnya masalah yang dihadapi seseorang dan tidak mampu diselesaikan, ditandai dengan :

a. Temperamental atau agresive affectivity

b. Fixatie, seperti tidak bersemangat hidup

c. Rationalisasi, pembenaran diri sehingga cenderung “ngeyelan”

d. Proyeksi atau berprasangka buruk

e. Narsisme, cinta diri yang ekstrem, seperti kibir, ujub dll.

f. Neurosis, kecemasan tak terkendali.

3. Krisis, keadaan yang mendadak stres karena sesuatu yang merugikan atau menyenangkan secara tiba-tiba.

Jenis - Jenis Stres

Menurut Berney dan Selye (dalam Asih, Dewi, & Widhiastuti, 2018 : 4) ada beberapa jenis stres, yaitu :

1) Eustres (Good stres)

Dapat diartikan bahwa stres yang menyebabkan timbulnya suatu stimulus serta gairah, sehingga mempunyai pengaruh yang bermanfaat untuk individu-individu yang mengalaminya. Misalnya, tantangan yang datang dari tanggungjawab yang meningkat, represi waktu, dan tugas dengan kualitas tinggi.

2) Distress

Dapat diartikan bahwa stres dengan dampak yang luar biasa bagi individu yang mengalaminya. Walaupun dapat bersifat positif ataupun negatif, tetapi stres tetaplah dapat membuat seorang individu terbatasi kompetensi dalam adaptasinya. Misalnya, stres akibat dari serangan teroris.

Hyperstress merupakan stress yang memiliki dampak yang luar biasa bagi mereka yang mengalaminya. Meski bisa dapat berbentuk positif atau negatif, namun stress ini tetap membuat kemampuan adaptasi individu menjadi terbatas. Contohnya yakni stress akibat dari serangan terori.

Hypostress ini merupakan stress yang timbul akibat kurangnya stimulasi. Contohnya yakni stress karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.

Cara Mengelola Stress (coping stress)

Strategi coping yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi. Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh stress, PMI menyebutkan 5 teknik manajemen atau coping stress dalam buku Panduan Manajemen Stres. Diantaranya :

1) Mengenal diri sendiri. Mengetahui kekuatan, kelemahan, hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai dapat membantu kita menentukan ke arah mana kehidupan akan kita bawa.

2) Peduli diri sendiri. Setelah mengetahui diri secara mendalam, maka kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban juga akan tampak. Seperti contoh dengan mencoba pola hidup sehat, bersosialisasi, merancang kegiatan yang realistis dan menjalani hobi.

3) Perhatikan keseimbangan. Sebagaimana manusia yang dianugerahi beberapa aspek dalam dirinya, maka kelima aspek ini yaitu Aspek Mental Emosional, Aspek Intelektual, Aspek Fisik, Aspek Spiritual dan Aspek Rekreasional harus dipelihara dan dipenuhi secara seimbang.

4) Bersikap proaktif dalam mencegah gangguan stres dengan merawat kelima aspek diatas dengan baik dan rutin agar menjadi sosok yang resilien dan memiliki kemampuan dan kekuatan lebih dalam menghadapi stres.

5) Sinergi: Langkah-langkah sebelumnya ialah satuan proses yang perlu dilakukan secara berurutan dan terpadu dengan kehendak dan kesadaran penuh untuk bangkit dari keterpurukan dan stres. (Palang Merah Indonesia: 2015)

Diana Ballesteros dan Janis Whitlock mengemukakan dua jenis cara mengatasi stress, yakni:

1) Strategi yang baik dalam menghadapi stres: berolahraga secara rutin, memiliki alokasi waktu untuk beristirahat dan perawatan diri, menyeimbangi antara bekerja dan bermain, membuat manajemen waktu dan meditasi.

2) Strategi yang tidak baik dalam menghadapi stress: Mengonsumsi alkohol dan narkotika, melakukan kejahatan dan kriminal, menunda-nunda pekerjaan, menyakiti diri sendiri dan makan/minum berlebihan. (Ballesteros & Whitlock 4:2009)

Mekanisme Pertahanan Diri

Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan (self Defense Mechanism) antara lain yaitu represi (peratahanan yang dapat mengusir stres seperti menyalurkan hobi), displacement (mengalihkan perasaan ke objek lain yang tidak menimbulkan stress), proyeksi (memudahkan sifat-sifat tidak diinginkan dengan menjelaskan apa yang akan terjadi), denial (pengungkapan dengan mengatakan jika itu tidak ada), introyeksi (memasukan kepribadian baik orang lain ke dirinya), regresi (melakukan kegiatan yang lama), sublimasi (memindahkan stres ke hal yang membagaikan), formasi reaksi (melawan rasa yang membuat stras tersebut), identifikasi (mencontoh kepribadian orang lain untuk memotivasi dirinya)

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan stress yaitu keadaan individu yang mempunyai pandangan mengenai tuntutan lingkungan yang besar/banyak, tetapi tidak bisa terpenuhi oleh kemampuan individu tersebut atau mungkin stres bisa terjadi ketika individu tidak mampu menanganinya (coping). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan stress muncul dari individu. Dibagi menjadi 3 stresor yaitu stresor fisik atau biologis, stresor Psikologi dan stresor sosial. Akibat stres dapat terjadi karena frustasi, konflik dan krisis. Cara mengelola stres (Coping stres) dapat dilakukan dengan cara menajemen stres yaitu mengenal diri sendiri, peduli diri sendiri, bersifat proaktif dan bersinergi.


Referensi : 

Sisiliya, Suhardin. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Stres Pada Tenaga Kesehatan. STIKES Surya Mitra Husada

Barseli, M., Ifdil, I., & Nikmarijal, N. (2017). Konsep stres akademik siswa. Jurnal konseling dan pendidikan, 5(3), 143-148.

Hartati, S., & Rahman, I. K. (2018). Konsep Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (Rebt) Berbasis Islam Untuk Membangun Perilaku Etis Siswa. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 8(2).

Sari, Nurma Y. (2018). Identifikasi Gejala Stress Klien di Yayasan Rumah Orbit Surabay Selama Proses Rehabilitasi. Jurnal Bikotetik, 02(01): 73-114.

Sukadiyanto, S. (2010). Stress dan cara menguranginya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1).

Walia, Hidup Tanpa Sres, Jakarta: Bina Ilmu Populer, 2005. hal 5

Siswanto, 2007, Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan Perkembangan, Yogyakarta: Andi Offset.

Yusuf, S., Nurikhsan. (2005). Landasan Bimbingan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukadiyanto, S. (2010). Stress dan cara menguranginya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1).

Fahriza, M. R., & Ulfa, L. (2019). Faktor Penyebab Stress Dan Dampak Bagi Kesehatan.

Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). Stress Kerja. Semarang : Semarang University Press.

Misyrifin Z, Setiawan NA,. 2020 Self Defense Mechanism Sebagai Strategi Bimbingan Mental Spiritual Bagi Pecandu Narkoba Tembakau Gorilla. Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam Vol. 3, No. 1 hal 1-16.

Moh. Muslim. 2020. Manajemen stress pada masa pandemi covid-19. Vol. 23 No. 2

http://p2ptm.kemkes.go.id

http://ijec.ejournal.id/index.php/counseling/article/view/14/14


Komentar

Popular Posts