Prihatin Maraknya Body Shamming, KPSR Adakan Workshop Webinar Trauma Healing

 

Gambar : Dokumentasi Webinar Workshop Trauma Healing (Dok. Risqi Ainuna)

Semarang - Kelompok Peduli Sosial dan Remaja (KPSR) Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Walisongo, mengadakan Webinar Workshop Trauma Healing dengan tema Heal Your Trauma Through Your Body Positivity yang dilaksanakan secara virtual pada Sabtu (11/09/2021) melalui zoom meeting.

Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB diawali dengan pembukaan, menyanyikan lagu Indoensia Raya, pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Lalu dilanjut dengan sambutan oleh Nabila Jasmine selaku ketua panitia, Wida Setiyaningrum selaku ketua UKM KPSR 2021, Bryant Rangga Mufin selaku Ketua DEMA FPK UIN Walisongo, dan Bapak Moh. Arifin, M.Hum. selaku Wakil Dekan III FPK UIN Walisongo.

Tema kegiatan Webinar Workshop Trauma Healing ini terinspirasi dari maraknya issue body shaming yang masih sering terjadi dan ramai dibicarakan di media sosial. Body shaming dapat meninggalkan trauma emosional pada seseorang sehingga kesehatan mental seseorang terganggu. Bahkan, body shaming dapat menyebabkan gangguan makan pada seseorang. Hal inilah yang mendorong Kelompok Peduli Sosial dan Remaja (KPSR) Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Walisongo untuk menyuarakan pentingnya memiliki positive body image kepada masyarakat terkhusus kepada para remaja, seperti yang disampaikan oleh Nabila Jasmine selaku ketua panitia dalam sambutannya.

“Tema kegiatan webinar kali ini terinspirasi dari masih banyaknya masyarakat Indonesia yang melakukan body shaming terhadap tubuh seseorang tanpa memikirkan dampak bagi korban. Korban yang sudah terkena body shaming berkali-kali dapat menyebabkan luka atau trauma yang mendalam sehingga korban tersebut akan takut untuk bersosialisasi dan tidak pede dengan tubuhnya. Oleh karena itu, kami dari panitia membuat tema dari acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran bahwa cantik atau tampan tidak harus dilihat dari fisik atau bentuk tubuh. Selain itu, acara ini dilaksanakan untuk membahas seberapa pentingnya body image bagi seseorang dan bagaimana cara menyembuhkannya baik dari sisi kesehatan mental maupun kesehatan fisik,” ucapnya.

Sementara itu, Wida Setiyaningrum selaku Ketua UKM KPSR 2021 dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program kerja tahunan dari divisi HRD UKM KPSR . Lebih lanjut  Wida Setiyaningrum juga berharap dengan adanya kegiatan webinar workshop trauma healing dapat meningkatkan rasa cinta kepada diri sendiri. Selain itu, apa yang disampaikan oleh pemateri dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dibagikan kepada teman-temannya yang lain.

Pada saat sambutan, Bapak Moh. Arifin, M.Hum., menjelaskan bahwa kita harus punya pikiran positif terhadap body yang kita miliki karena dalam dunia itu orang-orang bisa maju, bisa dikenal, dan bisa berkreasi tidak selalu dilihat dari bentuk tubuhnya saja. Beliau juga menyampaikan bahwa dalam kondisi sekarang ini jangan sampai kesempurnaan orang lain membuat kita minder dan tidak kreatif. Jadi, kreativitas itu yang lebih penting. 

Kegiatan Webinar Workshop tersebut menghadirkan dua pemateri yang membahas body image dari dua perspektif yang berbeda yaitu dari perspektif Psikologi dan perspektif Gizi.

Materi pertama disampaikan oleh Coach Rini Ramadhani. Seorang trainer dari Kuncoro Leadership, Training, and Consulting. Beliau membahas body positivity dari perspektif psikologi. Menurut beliau, body positivity perlu ditingkatkan, mengingat banyaknya perilaku body shamming dimasyarakat sebab ketidaktahuan. Body shamming juga marak terjadi di media sosial. Disebabkan oleh banyaknya asumsi atau mindset yang keliru dan masih belum paham mengenai perbedaan. Itulah mengapa masyarakat harus pandai-pandai memilah informasi.

Rini menjelaskan bahwa terdapat 4 aspek dalam body image, antara lain :

  1. Perceptual Body Image adalah bagaimana seseorang melihat tubuhnya.
  2. Affective Body Image adalah bagaimana seseorang merasa tentang tubuhnya sendiri. Tentang kepuasan dan ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk tubuh, berat badan, dan bagian tertentu dari tubuhnya.
  3. Cognitive Body Image adalah bagaimana seseorang berpikir tentang tubuhnya.
  4. Behavioral Body Image adalah perilaku yang timbul akibat dari body image/citra tubuh.

Gambar : Penyampaian materi oleh Rini (Dok. Risqi Ainuna)

Rini juga menjelaskan bahwa terdapat sikap yang berkebalikan body positivity yakni body dissatisfication. Yakni sikap kurang puas dengan tubuhnya sendiri. Perilaku ini, dapat menyebabkan gangguan mental yang cuku parah seperti depresi, body dismorphic disorder, eating disorder, dan yang paling parah adalah somatoparaphrenia. Itulah mengapa dia juga memaparkan 10 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai body positive image. Seperti mengapresiasi tubuh sendiri, selalu mengingat bahwa kecantikan sejati tidak hanya sekedar penampilan luarnya, dan yang lainnya.

Guna menghindari miskonsepsi terkait body image, Rini mengatakan “Body positivity itu bukan membenarkan obesitas atau perilaku tidak sehat. Bukan pula menyalahkan standar kecantikan seseorang. Melainkan bagaimana menerima kekurangan diri dan tidak membandingkan diri dengan orang lain”. 

Materi pertama berlangsung selama 60 menit. Sebelum memasuki materi yang kedua, panitia pelaksana mengadakan fun game terlebih dahulu sebagai selingan agar peserta tidak merasa jenuh. 

Kemudian materi kedua baru dimulai bersama pemateri yang berbeda yakni Ajeng Nadine Anastasia Raharjo. Yang menjabat Sekretaris Jenderal ILMAGI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia). Materi kali ini masih membahas tentang body positivy, tetapi dari sudut pandang gizi.


Gambar : Penyampaian materi oleh Ajeng (Dok. Risqi Ainuna)

Ajeng mengatakan bahwa apa yang kita konsumsi itu mempengaruhi body image kita. Itulah sebabnya mengatur pola gizi dan mengontrolnya diperlukan. Dia menunjukkan pada peserta alat ukur yang menunjukkan apakah berat badan seseorang sudah seimbang dengan tinggi badannya yang disebut IMT. Ajeng juga menanyakan beberapa peserta, panitia, dan pembicara lain yakni Rini perihal berat badan dan tinggi badannya untuk diukur keseimbangannya.

Setelah berbagai rangkaian acara terlaksana,  para pembicara diminta memberikan closing statement guna menjadi pengingat bagi peserta. 

“Just be yourself. Buat nyaman dirimu sendiri. Dari cara berpakaianmu, tubuhmu, apapun. Kurangi membandingkan diri dengan orang lain dan tidak apa tidak mengikuti trend berpakaian apabila cara berpakaian tersebut membuat kamu tidak nyaman”. Pesan Rini

Sedangkan Ajeng memberikan closing statement yang masih berhubungan dengan gizi, “Tetap semangat menjalani hidup, karena hidup bukan tentang body image saja. Hargailah tubuhmu, rawatlah dan jagalah. Konsumsi makanan secara teratur dan atur pola makan. Dan juga jangan minder”

Sebelum acara ditutup, panitia pelaksana mengumumkan pemenang fun game dan peserta paling aktif yang berhak mendapat hadiah. Kemudian acara ditutup setelah sebelumnya dilakukan sesi foto bersama guna sebagai dokumentasi.


Reporter :

Risqi Ainuna

Zahra Firdaus


Komentar

Popular Posts