Teknik Wawancara dan Fotografi Ketika Bencana Melanda
Selasa, 25 Mei 2021
Sesi foto bersama melalui via zoom meeting pada webinar “Bencana Melanda : Dimana Peran Jurnalisme Berada” (25/05/2021) (Dok.Yuyun)
Semarang - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Esensi mengikuti webinar yang diselanggarakan oleh LPM Aspirasi Veteran Jakarta hari kedua yang bertajuk “Bencana Melanda: Dimana Peran Jurnalisme Berada?” pada Selasa (25/5) pukul 13.00 – selesai.
Di hari kedua menghadirkan narasumber yaitu bapak Bambang Murianto selaku Freelance Writer dan bapak Arimacs Wilander selaku Freelancer Photojurnalistsia.
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan bencana. Hal ini bisa kita lihat hampir setiap tahunnya terjadi bencana alam yang menyebabkan kerugian material dan jiwa. Bencana alam menjadi salah satu penyebab terjadinya kemiskinan karena sumber daya masyarakat akan berkurang. Sehingga bencana alam ini menjadi sebuah persoalan yang penting bagi publik dan menjadi salah satu topik penting bagi media massa.
Bambang Murianto menyebutkan bahwa dalam sebuah bencana secara garis besar terdapat 3 tahapan yang harus diperhatikan media massa. Tahapan-tahapan tersebut antara lain masa pra bencana, bencana, dan pasca bencana.
"Secara garis besar ada 3 tahapan bencana yang harus diperhatikan oleh media massa yaitu Masa pra-bencana, Masa bencana, dan Pasca bencana. Faktanya ada beberapa media massa yang tidak melihat persoalan ini mungkin menurut mereka valuenya itu kurang tetapi jika hal tersebut digali lebih dalam lagi akan ada cerita-cerita luar biasa oleh masyarakat dalam mengurangi resiko bencana” Kata Bambang.
Persiapan dalam peliputan bencana sangat penting terutama bagi para jurnalis yang ada diwilayah rentan bencana alam. Jika jurnalis memberikan informasi yang salah maka akan membuat masyarakat ketakutan yang luar biasa.
Hal-hal yang dilaporkan harus akurat sehingga masyarakat tau alasan bencana itu terjadi sehingga akan menimbulkan opini publik yang akan mencegah bencana tersebut terjadi lagi. Selain itu kita harus memperhatikan beberapa hal dalam melakukan wawancara dilokasi bencana. Seperti pilihlah orang yang mau diwawancara tetapi jangan memaksa.
Untuk foto sendiri dalam bencana tidak bisa divisualkan secara estetik atau indah tetapi jangan mengambil foto yang mengerikan seperti mayat.
“Untuk pengambilan foto diwilayah bencana jangan langsung memotret terutama bagi orang-orang penyintas, sebaiknya ngobrol terlebih dahulu sebelum meminta izin dan untuk anak kecil harus meminta izin dulu kepada orang tuanya” ucap Arimacs Wilander.
Bagi para media massa yang berada di wilayah sekitar bencana harus memperhatikan keselamatan diri agar tidak menjadi korban disana. Seperti yang selalu dikatan para jurnalis yaitu “Tidak ada berita seharga nyawa”.
Reporter : Yuyun Mulyanti
Komentar
Posting Komentar