Lebaran di Tengah Pandemi
Tahun 2021 adalah tahun kedua dimana umat muslim di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri.Belum lupa rasanya pada tahun kemarin masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kedatangan virus baru yang sangat tidak terduga dan membuat panic semua kalangan yang menimbulkan banyaknya pergeseran budaya. Pada tahun kedua ini pun masih berlaku aturan-aturan yang sama ditahun sebelumnya. Walaupun sudah banyak penanggulan yang terjadi, cara demi cara dilakukan oleh pemerintah. Pandemi Covid-19 mengubah kehidupan warga dunia secara dramatis. Hampir seluruh sendi kehidupan berubah drastis akibat penyebaran virus yang sangat cepat. Tidak ada satu negara pun yang menyatakan diri aman dari serangan virus ini, bahkan sebagian pemerintah menyatakan negaranya berada dalam situasi bencana akibat peningkatan korban Covid-19 yang sangat tajam. Di Indonesia, pemerintah menyatakan penyebaran pertama Covid-19 berasal dari dua kasus positif di Depok. Kasus awal ini diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 2 Maret 2020. Dalam waktu kurang dari satu bulan, jumlah penderita bertambah bahkan penyebarannya mencapai 34 provinsi di Indonesia. Dengan skala bencana yang begitu massif, pada tanggal 13 April Presiden kemudian mengumumkan bahwa Covid-19 telah menjadi bencana nasional melalui Keppres No. 12 Tahun 2020
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan beragam kegiatan yang biasanya dilakukan secara tatap muka beralih ke kegiatan berbasis digital. Selain adanya gerakan kesadaran bersama untuk tinggal di rumah saja, juga memperlihatkan kian nyatanya kebutuhan ekosistem komunikasi berbasis teknologi komunikasi. Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi, sejumlah perangkat teknologi komunikasi pun dimanfaatkan sebagai medium komunikasi virtual. Walaupun dirasakan kualitas pertemuan tidak sebaik pertemuan langsung, bergesernya kebiasaan menjadi pertemuan virtual mau tidak mau menjadi pilihan logis mengatasi beragam kebutuhan interaksi sosial pada saat pandemi. Seluruh kegiatan berbasis digital ini sangat mungkin dilakukan karena angka kepemilikan telepon genggam di Indonesia tergolong sangat tinggi, sebesar 124% dari total populasi penduduk yang mencapai 272,1 juta jiwa dengan jumlah pengguna internet sebanyak 175,4 juta jiwa. Tetapi belum ada tanda-tanda yang menunjukkan kapan pandemic ini akan hilang. Hari Raya Idul Fitri atau sering dikatakan Momen Lebaran kali ini masih sama seperti tahun lalu,yaitu bagaimana cara masyarakat menjalin silaturahmi masih terbatas hanya dilakukan melalui virtual saja. Mau tidak mau, suka tidak suka hal ini harus dilakukan sebagai salah satu cara penangannan pandemic agar mencegah kerumunan yang dapat terjadinya penularan virus Corona yag makin meluas. Momen lebaran sudah tidak seperti dahulu kala, dimana lebaran identic dengan berkumpul bersama keluarga besar, berkeliling ke rumah tetangga maupun sodara. Namun kali ini tidak adalagi keramaian dimana-mana, tidak adalagi kunjungan kerumah-rumah tetapi kali ini hanya dengan pesan teks atau panggilan video yang diiringi kesedihan.
Pergeseran kebudayaan yang diadakan setiap tahunnya ini telah berlangsung untuk kedua kalinya. Namun dengan pergeseran kebudayaan ini diharapkan tidak mengurangi khdimat bagi masyaakat muslim pemeluk agama Islam. Untuk kedua kalinya pemerintah mengeluarkan keputusan untuk meniadakan mudik lebaran atau pulang kampung ke kampung halaman untuk menghindari adanya kerumunan. Selain meniadakan mudik lebaran, pemerintah pun membuat aturan untuk melaksanakan Sholat Ied dengan menerapkan social distancing atau menjaga jarak dan tetap memakai masker.Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat terindar dari virus corona dan diharapkan dapat menekan laju penyebaran.
Momen Hari Raya Idul Fitri merupakan kesempatan bagi umat muslim merayakan hari kemenangan karena telah berhasil melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh Ramadhan. Kemenangan tersebut memberikan tempat di jiwa umat muslin sebagai wujud kembali ke nuansa fitri. Dalam momen hari raya idul fitri juga terdapat satu kebudayaan tradisi yang telah dilaksanakan dari tahun ke tahun yaitu berupa silaturahmi antar keluarga. Dimana pada momen ini terdapat tradisi sungkeman yang dapat diartikan sebagai permintaan maaf atas kesalahan yang telah dibuat selama setahun yang lalu. Namun pada saat walaupun sungkeman dilaksanakan melalui virtual diharapkan tidak mengurangi niat awal yang diharapkan dan rasa saling menghormati dan menghargai dengan sesama umat muslim.
Makna atau sikap yang dapat diambil dari terulang kembalinya lebaran virtual kali ini yaitu agar kita dapat sadar bahwa manusia tidak dapat menghindar darri adanyya wabah ini apabila buka dari kita seniri yang berusaha untuk menjaga diri. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah, Minal Aidzin Walfaidizin.Mohon Maaf Lahir dan Batin. Semoga pada lebaran kali ini tidak menghilangkan makna dasarnya meskipun dijalankan dengan suasana yang berbeda. Semoga d tahun berikutnya kita dapat kembali berkumpul dengan sanak keluarga dalam keadaan normal dan tanpa rasa khawatir. Aamiin
Oleh : Olifia (Mahasiswi Gizi UIN Walisongo angkatan 2018)
Komentar
Posting Komentar