Dilema Perdebatan Demokrasi Dan Oligarki Di FPK
Ilustrasi karikatur mahasiswa apatis foto/LPM Siar |
Desember merupakan bulan terakhir
periode kepengurusan semua oragnisasi mahawasiswa (ormawa) di UIN Walisongo. Pada
bulan ini mahasiswa seperti kesurupan dalam membincangkan politik kampus.
Seperti halnya sebuah negara, bulan-bulan di akhir kepengurusan ormawa kampus,
banyak partai bermunculan dan atribut bendera mereka menghiasi kampus hijau ini. Suatu hal
lumrah memang, selain itu para elit politik dari berbagai elemen
mahasiswa bermunculan ingin mencalonkan diri menjadi bagian pejabat penting
yang ada di jajaran internal kampus dalam kontestasi politik
Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK)
yang merupakan salah satu dari fakultas baru di UIN Walisongo tak ketinggalan
dalam kontestasi politik ini. Para elit politik mahasiswa mulai bermunculan dan
mencitrakan diri sebagai pemimpin yang ideal dan pantas untuk maju mencalonkan
diri dalam perebutan kursi di ormawa FPK. Antusias mahasiswa dapat dilihat dari
status media mereka yang sebelumnya
jarang menyinggung soal politik, tiba-tiba saja ramai mengunggah status bertemakan
politik kampus.
Selain menyinnggung soal calon yang
mereka jagokan, ada beberapa yang tak luput menyinggung soal politik oligarki
yang dianggap mulai tumbuh di FPK. Melihat hal tersebut membuat saya melakukan
pencarian dengan beberapa kata yang berhubungan politik oligarki di mesin
pencarian. Hasil yang didapat menampilkan beberapa berita yang juga menyinggung
terkait politik oligarki di pemerintahan
yang berlangsung kali ini. Jika kampus merupakan miniatur negara, dan
pemerintahan di negara sedang di indikasikan adanya praktek politik oligarki, akankah
di FPK juga seperti itu?
Politik oligarki sering diberitakan di
tahun ini, dan hal yang paling mencolok dari politik ini adalah adanya
perekrutan seorang yang dicalonkan sebagai jajaran pemerintah di luar dari
kader partai tersebut. Biasanya orang yang direkrut merupakan orang yang
berpengaruh besar di kalangan masyarakat ataupun orang yang memiliki modal
besar. Mungkinkah sistem demokrasi yang di eluh-eluhkan dikampus juga riskan
ditunggangi politik oligarki?
Ramainya mahasiswa yang kebanyakan
saling copas (Copy Paste) status terkait politik oligarki yang seakan-akan muncul di FPK
pada media sosial mereka berbanding terbalik dengan dengan antusias mereka
ketika menghadiri debat kandidat dari calon yang mereka jagokan pada hari
Selasa (16/12/2019)
Pergeseran dari dunia nyata ke dunia
maya dalam antusiasme mereka dalam mengikuti kontestasi politik yang
berlangsung di FPK tentunya sangat riskan, mengingat tujuan diadakannya debat
calon pemegang kursi ormawa adalah untuk mengenalkan visi misi dan rencana apa
yang akan mereka usung untuk membuat FPK lebih baik lagi justru sepi mahasiswa.
Acara debat yang dijadwalkan
berlangsung pada pukul 08.00 molor hingga pukul 10.00 baru bisa dimulai,
berbagai macam alasan di ungkapkan dari masih sepinya mahasiswa yang hadir dan
kebetulan listrik sedang padam. Melihat hal tersebut tentunya menjadi sorotan
tersendiri dan dilema ketika ramai di media massa justru sepi di dunia nyata
Mahasiswa yang seharusnya kritis dalam
berbagai hal hanya bisa saling meramaikan di media sosial tanpa telaah lebih
lanjut yang dilakukan di dunia nyata terkait isu yang beredar. Jika memang
benar politik oligarki mulai menunggangi demokrasi di FPK dalam kontestasi
politik, akankah hal tersebut bisa teratasi dengan hanya bersuara di media
sosial dan bersikap apatis terhadap roda pepolitikan yang ada di dunia nyata?
Opini oleh : Sugiarto
Komentar
Posting Komentar