MENGGALI KEARIFAN LOKAL WONOSOBO: PERAN SESANTI DAN RUWATAN DALAM KEHIDUPAN

 

(cr: Google)

Penulis: Lulus Anggun (Psikologi)

Psikologi Indigenous memberikan cara pandang yang berbeda dalam memahami kepribadian dan perilaku manusia, dengan memperhatikan pengaruh budaya lokal (Yudho, 2023). Dalam hal ini, budaya berperan penting dalam membentuk cara berpikir dan bertindak seseorang. Di Wonosobo, yang dikenal dengan tradisi yang kaya, nilai-nilai budaya seperti sesanti dan ritual spiritual seperti Ruwatan Anak Gimbal memberikan gambaran bagaimana masyarakat di sana menjalani kehidupan, membentuk identitas, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Masyarakat Wonosobo memiliki tradisi lisan yang sangat dihargai, salah satunya adalah sesanti, yaitu pepatah atau ungkapan yang berisi filosofi hidup. Sebagai contoh, ungkapan “Urip iku urup” yang berarti "hidup itu memberi manfaat", mengajarkan pentingnya berbagi dan gotong royong. Nilai-nilai ini bukan hanya menjadi bagian dari budaya, tetapi juga membentuk kepribadian setiap individu. Dalam masyarakat Wonosobo, nilai-nilai ini diwariskan melalui pendidikan informal dalam keluarga dan komunitas, menciptakan pola pikir yang kolektif dan altruistik (Prananingrum, 2023).

(cr: Google)

Berdasarkan teori Pewarisan Budaya, nilai-nilai yang terkandung dalam sesanti berfungsi sebagai pembentuk self-concept, yang membuat individu melihat dirinya sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, bukan hanya sebagai individu yang terpisah. Pandangan ini sejalan dengan psikologi ulayat, yang menekankan bahwa budaya sangat mempengaruhi bagaimana seseorang melihat dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Matsumoto (2004), persepsi yang dibentuk oleh nilai dan norma lokal membentuk cara individu berinteraksi dalam dunia sosialnya. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam sesanti berperan penting dalam menjaga keseimbangan psikologis dan hubungan yang harmonis dalam masyarakat.

Selain sesanti, masyarakat Wonosobo juga memegang teguh kepercayaan terhadap kekuatan alam. Ini tercermin dalam berbagai ritual spiritual, salah satunya adalah Ruwatan Anak Gimbal (Khafni Islah, 2024). Ritual ini dilakukan untuk membersihkan anak-anak dari energi negatif dan mengembalikan keseimbangan dengan alam sekitar. Ritual semacam ini menggambarkan pandangan holistik masyarakat Wonosobo, yang melihat hubungan antara manusia dan alam sebagai bagian dari keseimbangan hidup ((Taqwin, 2022).

Potong Rambut Gimbal (Ruwatan)
(Search: Google)

Dalam psikologi, ritual-ritual seperti Ruwatan berfungsi sebagai coping mechanism, atau cara untuk menghadapi tantangan hidup yang dihadapi oleh individu dan komunitas. Berry (1999) menjelaskan bahwa dalam psikologi Indigenous, ritual semacam ini membantu seseorang mengatasi stres dan memperkuat hubungan emosional dengan komunitas. Ritual ini juga berperan dalam menjaga keseimbangan mental dan spiritual masyarakat. Dengan mengikuti ritual tersebut, masyarakat Wonosobo tidak hanya mengatasi masalah pribadi, tetapi juga menjaga keharmonisan dalam komunitas mereka, saling mendukung dalam menghadapi kesulitan.

Melalui pendekatan psikologi Indigenous, nilai-nilai budaya dan ritual di Wonosobo tidak hanya dilihat sebagai bagian dari warisan masa lalu, tetapi juga sebagai alat yang sangat relevan dalam pembentukan kepribadian dan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sesanti dan ritual seperti Ruwatan Anak Gimbal menjadi contoh bagaimana masyarakat lokal mengadaptasi perilaku mereka berdasarkan keyakinan dan nilai-nilai budaya. Ritual-ritual ini membantu menjaga keseimbangan psikologis individu dan memperkuat hubungan sosial di dalam komunitas. Di dunia yang semakin terhubung dan modern, pemahaman terhadap psikologi Indigenous memberi kita wawasan baru tentang bagaimana nilai-nilai lokal dapat diterapkan dalam psikologi modern untuk memperkuat ketahanan mental dan sosial masyarakat.

Psikologi Indigenous, dengan pendekatannya yang berbasis budaya, memungkinkan kita untuk melihat betapa besar peran budaya dalam membentuk kepribadian dan kesejahteraan psikologis. Dengan memahami nilai-nilai seperti sesanti dan ritual lokal di Wonosobo, kita tidak hanya belajar bagaimana masyarakat ini menghadapi tantangan hidup, tetapi juga bagaimana nilai-nilai lokal dapat diintegrasikan dalam praktik-praktik psikologi modern untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera.

Referensi:

Berry, J. W., Poortinga, Y. H., Segall, M. H., & Dasen, P. R. (1999). Psikologi Lintas-Budaya. Riset dan aplikasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Khafni Islah, M. (2024). Nilai-nilai religiusitas pada tradisi ruwatan rambut gimbal di desa dieng kulon kecamatan batur kabupaten banjarnegara.

Matsumoto, D., & Juang, L. (1996). Culture and psychologyPacific Grove, 266-270.

Prananingrum, R. (2023). Social Capital and Its Role in the Development of Tambi Coffee. Indonesian Journal of Social Responsibility Review (IJSRR), 2(1), 49-63.

Taqwin, A. (2022). Tradisi Potong Rambut Gimbal Dalam Perspektif Dakwah Masyarakat Desa Tlogojati. ARKANA: Jurnal Komunikasi Dan Media, 43–60. https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/arkana/article/view/2745%0Ahttps://ojs.unsiq.ac.id/index.php/arkana/article/download/2745/1768

Yudho, Bawono, dkk. (2023). Psikologi Indigenous. Yogyakarta: CV Bintang Semesta Media.

Komentar

Popular Posts