[Resensi Buku] Kita Pergi Hari Ini
(cr: Google)
Penulis Resensi: Silvia Ega Pratiwi
Judul Buku : Kita Pergi Hari Ini
Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : 26 Oktober 2021
ISBN : 978-602-06-5747-9
Halaman : 192
Sinopsis Buku:
Mi, Ma dan Mo tidak pernah melihat kucing seperti Nona Gigi. Tentu saja, mereka sudah pernah melihat kucing biasa. Tapi Nona Gigi adalah Kucing Luar Biasa. Kucing Luar Biasa berarti kucing yang di luar kebiasaan. Nona Gigi adalah Cara Lain yang dinantikan oleh Bapak dan Ibu Mo untuk menjaga Mi, Ma, dan Mo ketika keduanya keluar rumah mencari uang. Sebab di Kota Suara, semua uang yang tersedia di dasar laut sudah diambil oleh para perompak, uang di bawah tanah diambil oleh para perampok, dan uang di ranting pohon diambil oleh pengusaha kayu yang jahat.
Nona Gigi mengajak Mi, Ma dan Mo serta Fifi dan Fufu—anak kembar Tetangga Baru bertualang mengunjungi tempat-tempat indah. Mereka naik Kereta Air, bertemu Kolonel Jagung, bermain di Sirkus Sendu, dan menyaksikan kemegahan Kota Terapung Kucing Luar Biasa.
Kita pergi hari ini, ke tempat-tempat indah dalam mimpi-mimpi anak-anak baik-baik.
Ulasan:
Kita Pergi Hari Ini atau Tempat-Tempat Indah dalam Mimpi-Mimpi Anak-Anak Baik, karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie adalah sebuah novel yang mengajak pembaca untuk berpetualang ke dunia penuh imajinasi dan absurditas. Kisah ini berpusat pada Mi, Ma, dan Mo, tiga bersaudara yang diasuh oleh seekor kucing bernama Nona Gigi ketika orang tua mereka sibuk mencari nafkah. Nona Gigi adalah karakter unik berupa seekor kucing yang disebut "Kucing Luar Biasa." Ia memiliki peran penting sebagai pengasuh Mi, Ma, dan Mo ketika orang tua mereka sedang bekerja. Karakter Nona Gigi digambarkan tidak seperti kucing pada umumnya, Ia memiliki kepribadian dan kemampuan yang luar biasa yang memungkinkan membawa anak-anak ini ke berbagai tempat fantastis dan penuh imajinasi. Dengan bantuan Nona Gigi, anak-anak ini menjelajahi tempat-tempat yang unik, mulai dari Kota Terapung hingga Kereta Air. Sepanjang perjalanan, mereka bertemu karakter-karakter fantastis, seperti Kolonel Jagung dan Sirkus Sendu, yang menambah warna pada petualangan magis mereka.
Ziggy menggunakan gaya penulisan bebas yang terkadang sulit diikuti tetapi sangat khas, mirip dengan gaya sastra nonsense seperti dalam karya Lewis Carroll (penulis buku Alice's Adventures in Wonderland). Di balik absurditas ceritanya, novel ini menawarkan kritik sosial yang tersembunyi, terutama dalam menggambarkan dunia yang dihuni oleh tokoh-tokoh yang terjebak dalam sistem penuh ketidakadilan. Di Kota Terapung, misalnya, terdapat satir yang mencerminkan kehidupan sosial dan ekonomi di dunia nyata, di mana kekuasaan seringkali mengesampingkan kemanusiaan. Bagi pembaca yang menikmati alur cerita eksentrik dan simbolisme mendalam, buku ini dapat menghadirkan pengalaman yang menantang namun memuaskan.
Secara pribadi, saya menilai bahwa novel ini menawarkan perspektif yang segar dan berani tentang dunia anak-anak dan ketidakpedulian dunia dewasa. Penggambaran imajinatif serta gaya tulisannya yang tak lazim membuat novel ini terasa seperti dongeng yang memikat, meskipun terkadang penuh teka-teki. Untuk mereka yang terbiasa dengan gaya naratif konvensional, buku ini mungkin terasa “nyeleneh.” Namun, bagi pembaca yang siap menerima cerita dengan banyak lapisan makna, Kita Pergi Hari Ini adalah karya yang mengesankan dan mengajak kita mempertanyakan realitas dalam kehidupan sehari-hari.
Editor: Lulus Anggun
Komentar
Posting Komentar