[OPINI] Apakah Cintamu Seabadi Sampah Plastik?

 WEEKLY POST

(cr: Pinterest)
Penulis: Gabriella

Permasalahan terkait sampah plastik bukanlah suatu yang asing untuk kita dengar. Pasalnya sudah menjadi fakta bahwa negara kita, Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di laut. Menurut World Population Review 2022, Indonesia berada pada urutan ke-5 sebagai negara yang turut menghasilkan plastik terbanyak di dunia, yakni 9,13 juta ton. Sebanyak 56,3 ton dari plastik itu dibuang ke laut sebagai sampah.

Terlihat di lapangan bahwa plastik sekali pakai seperti kantong plastik untuk pembelanjaan atau kegunaan sehari-hari, gelas platik, sedotan plastik, botol plastik dan peralatan makan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia. Ekonomis dan praktis, itulah kemanjaan yang diberikan oleh produsen-produsen saat ini. Namun pernahkah kalian berpikir bahwa yang berlabel "ekonomis", apakah sudah tentu tidak membuat bumi menangis?

Plastik yang dibuang sembarangan terutama ke sungai akan terbawa arus menuju laut. Plastik yang menetap di laut menimbulkan bahaya serius bagi hewan laut/hewan sekitar laut yang seringkali  keliru dengan menganggap sampah plastik tersebut sebagai makanan mereka. Tak jarang ditemukan hewan yang terluka atau mati setiap tahunnya setelah menelan sampah plastik yang dibuang.

Dalam prosesnya, sampah plastik tidaklah terurai sempurna, namun hancur menjadi partikel-partikel kecil, menyebar luas ke perairan dan tanpa sadar dikonsumsi oleh hewan-hewan di lautan. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (United Nations Convention On Biological Diversity) pada 2016, sampah di lautan telah membahayakan lebih dari 800 spesies.

Jika kita lihat indahnya lautan, ternyata menyimpan luka yang sangat dalam. Laut sengaja menampakkan keindahannya padahal sampah plastik telah merusaknya. Kau hanya melihat dari luar, kau tak melihat di dalamnya, betapa sulitnya mahkluk hidup di dalamnya menghindari jebakan sampah plastik

Masalah sampah plastik yang ada di laut bukan hanya menjadi tanggung jawab satu atau dua orang saja, namun hal ini menjadi tanggung jawab seluruh penghuni bumi seperti masyarakat, pemerintah, NGO, dan bahkan bisnis yang memproduksi produknya dengan kemasan plastik itu sendiri. Jika masalah ini terus menerus terjadi dan tidak dikendalikan, tidak menutup kemungkinan terdapat lebih banyak plastik daripada ikan di laut dalam beberapa tahun ke depan.

Semakin gencarnya kampanye penggunaan barang-barang non-plastik seperti reusable straw dan penggunaan tas kain atau tas daur ulang untuk membawa barang belanjaan, mengurangi penggunaan kemasan sachet merupakan gerakan progresif yang telah dilakukan untuk melindungi bumi kita terutama lautan. Bahkan ada beberapa komunitas yang mendaur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan atau bahkan furniture rumah. Dengan kesadaran kita sebagai konsumen melalukan kampanye ini, sedikit demi sedikit sampah plastik dapat berkurang dan bumi kita bisa terjaga. Marilah perlahan mengurangi sampah plastik, jangan biarkan abadinya sampah plastik melebihi abadinya cinta kita kepada bumi.


Editor: Lulus Anggun

Komentar

Popular Posts