FoMO (Fear Of Missing Out) Dari Dua Sudut Pandang yang Berbeda

Cr. Pinterest

Saat ini keberadaan internet sangat penting, karena dalam aktivitas kehidupan sehari-hari manusia saat ini tidak bisa dilepaskan dengan device seperti handphone, laptop, dan berbagai macam perangkat elektronik lainnya dengan garis bawah yang terhubung dengan akses internet. Bahkan dalam dunia pekerjaan dan juga dunia pendidikan juga membutuhkan internet dalam menunjang aktivitas sehari-hari, tidak hanya berhenti di situ dalam berbagai bidang kehidupan saat ini memang sangat lekat dengan keberadaan device terutama handphone serta akses internet, karena keduanya memang merupakan sarana komunikasi yang sangat bermanfaat. Beberapa individu mungkin setiap beberapa menit sekali misal 10 menit sekali pasti akan mengecek gadget miliknya, mungkin hanya untuk sekedar melihat status, mengecek notifikasi pesan, melihat update berita, dan lain sebagainya. Dapat diambil kesimpulan bahwa internet sudah menjadi bagian dari hidup manusia saat ini, dan internet juga sudah merambah ke dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan kondisi yang ada tentunya, apabila penggunaan internet ini tidak dikendalikan dengan baik akan menimbulkan beberapa dampak yang signifikan baik bagi diri sendiri seperti dampak secara psikologi maupun dampak secara fisik.

Fear of Missing Out (FoMO) merupakan salah satu klasifikasi gangguan yang disebabkan oleh penggunaan internet. FoMO merupakan suatu bentuk kecemasan sosial dimana seiring perkembangan teknologi kondisi ini semakin meningkat (JWTIntelligence, 2012), menurut penelitian yang dilakukan oleh JWTIntelligence sebanyak 40% pengguna internet di dunia mengalami FoMO. Menurut Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013) FoMO merupakan keinginan untuk tetap terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain di dalam internet atau dunia maya, serta perasaan ketakutan dan kecemasan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain di dalam ruang maya. FoMO merupakan suatu perasaan takut ketika orang lain memperoleh pengalaman menyenangkan namun dirinya tidak terlibat secara langsung, sehingga ia akan tetap berusaha untuk selalu terlibat secara langsung dan terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui media dan internet. FoMO adalah ketakutan ketinggalan hal-hal menarik dan ketakutan bahwa dirinya tidak dianggap eksis atau up to date. 

Cr. Pinterest
FoMO disebabkan karena penggunaan internet dan media sosial, saat ini banyak aplikasi-aplikasi yang bisa diakses dan digunakan seperti instagram, facebook, tiktok, dan lain-lain. Dengan mudahnya kita bisa mengakses dan menerima jutaan informasi, dimana aplikasi tersebut mendukung untuk penguploadan foto atau video, seperti fitut instastory yang penuh dengan postingan rutinitas para pengguna. Dari sinilah para viewer, para pengguna media sosial terpicu timbulnya perasaan seperti kecemasan, ketakutan, kekhawatiran kemudian membandingkan kehidupan pribadi dengan orang lain yang terlihat bahagia dan lebih menyenangkan Perasaan cemas atau gejala FoMO ini bisa dialami oleh siapa saja tanpa memandang gender dan umur. 

Gejala FoMO yang biasanya terjadi yaitu seperti keseringan mengecek gadget dan kapasitasnya sering, baik mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kembali seolah tidak ingin ketinggalan informasi apapun, kemudian lebih peduli dengan dunia maya dibandingkan dengan kehidupan nyata dan lebih ingin diakui oleh orang lain di dunia maya, selalu ingin tau tentang kehidupan orang lain, ingin tahu berita ataupun gosip terbaru. Seseorang yang mengalami FoMO juga tidak segan untuk mengeluarkan uang melebihi kemampuannya dan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak penting dengan alasan agar tidak ketinggalam jaman. Lalu mereka yang mengalami gejala FoMO juga sering mengatakan “ya” disaat sedang tidak ingin, alasannya karena orang tersebut tidak ingin ketinggalan apapun sehingga selalu menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak perlu.  Perasaan FoMO yang dibiarkan begitu saja memicu timbulnya stress, kelelahan, depresi, dan bahkan masalah tidur.

Jadi apakah FoMO itu sangat merugikan? Apakah gejala FoMO ini harus dihapuskan sama sekali dari dalam diri seseorang? Mari kita telaah gejala FoMO ini dari dua sudut pandang yang berbeda : 

Dari Sisi Negatif sebagai Gangguan 

Saat ini kita ketahui bahwa media sosial merupakan sebuah panggung. Dimana panggung merupakan sesuatu yang berisi kebahagiaan sehingga sesuatu yang ditampilkan di panggung itu tentunya sesuatu yang baik saja. Aplikasi TikTok saat ini sudah marak digunakan dimana banyak seseorang yang membagikan kisah suksesnya di aplikasi tersebut, kemudian di Instagram banyak individu yang mengabadikan momen keberhasilannya. Terkadang hal ini memang membuat kita sebagai manusia biasa merasa bahwa diri kita mengalami ketertinggalan. Perasaan cemas itu wajar sebagai perwujudan respon dari stimulus dan apa yang kita lihat, namun kecemasan ini tidak boleh berlebihan karena pada dasarnya perjalanan hidup kita dengan orang lain berbeda, dan apa yang kita lalui serta tujuan akhir kita dengan orang lain juga berbeda. Dan hal yang perlu selalu diingat bahwa media sosial hanyalah sebagai panggung dan apa yang kita lihat di media sosial belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi pada kehidupan nyata. So, jika gejala cemas ini sudah muncul berlebihan sebaiknya jauhi hal-hal yang membuat insecure dan overthinking langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan media sosial dengan batas tertentu dan ketika hanya ada kepentingan saja dan memberikan batasan untuk membuka atau mengakses hal-hal yang memicu perasaan tersebut muncul. Batasi dan beri diri sendiri ruang untuk fokus pada diri sendiri. 

Dari Sisi Positif sebagai Peluang

FoMO sendiri juga memiliki manfaat apabila kita telaah dari sudut pandang yang berbeda. Saat ini membangun personal branding di Instagram meruapakan sesuatu yang sedang trend dan booming, dimana anak-anak muda terutama kalangan Gen Z melakukan personal branding ini dengan tujuan untuk menunjukkan kelebihan yang mereka miliki sehingga membentuk citra positif untuk saat ini dan masa depan. Kemudian dengan melihat kisah sukses atau kisah inspiratif orang lain kita bisa membangkitkan semangat untuk berhasil seperti mereka. Dengan FoMO yang dikelola dengan baik kita bisa mencari pengalaman dan pengetahuan yang positif dan mungkin menjadi lebih produktif karena termotivasi dengan apa yang kita lihat di media sosial. FoMO juga bisa memperluas koneksi sosial kita terhadap orang lain. 

Dapat diambil kesimpulan bahwa FoMO sebagai suatu gangguan juga memiliki dorongan positif. Namun, FoMO yang berlebihan juga bisa menjadi suatu senjata yang bisa melemahkan semangat kita. Oleh sebab itu pengelolaan dorongan positif dari FoMO harus dikelola secara seimbang antara dorongan positif yang ada dengan dampak pada kondisi kesehatan mental kita. 


Oleh: Aldera Jean Pramudita (Mahasiswa Psikologi semester 5, Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo)

Redaktur: Alfiani Kharisma

Komentar

Popular Posts