Meningkatkan Kolaboratif Skill dan Critical Thinking dengan Group Investigation, Salah Satu Model Pembelajaran Orang Dewasa

Kolaboratif Skill merupakan suatu keterampilan yang cukup penting dan memiliki manfaat yang cukup kompleks di masa yang akan datang. Kemampuan kolaborasi merupakan suatu keterampilan yang membuat seseorang mampu bekerja sama dengan orang lain. Skill ini sangat penting karena dalam kehidupan karena seseorang dituntut untuk mampu bekerja sama dengan orang lain, karena dalam kehidupan ini kita memerlukan bantuan orang lain sehingga kemampuan menjalin kerja sama yang baik merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan seseorang.

Menurut (Le, Janssen & Wubbels, 2017; Sari, Prasetyo & Setiyo, 2017) keterampilan kolaborasi adalah kemampuan berpartisipasi dalam setiap kegiatan dengan tujuan membina hubungan dengan orang lain, saling menghargai hubungan dan kerja tim untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi merupakan salah satu aspek penting dalam lifening learning (belajar seumur hidup). Indikator keterampilan kolaborasi yang dianggap penting yaitu menunjukkan keterampilan impersonal (pribadi), menunjukkan peran yang efektif dalam kelompok berupa keterampilan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan yang dapat membantu seseorang untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks (problem solving) dan pengambilan suatu keputusan. menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti tidak lekas percaya, bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan. Kata kritis seringkali diasosiasikan dengan menyangkal argumen yang ada dengan berpikir melawan arus, namun tidak hanya menyangkal dan menunjukkan kesalahan namun juga mencari solusi berdasarkan hasil pemikirannya secara logis dan relevan.

Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kolaboratif dalam lifening learning, apabila melihat dari kondisi nyata yaitu bahwa lifening learning pada mahasiswa masih cukup rendah, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayat dkk., (2019) bahwa perolehan skor lifening learning mahasiswa hanya 2.89 dari skor keseluruhan 4.00. Kemudian juga ditemukan bahwa kemampuan berpikir kritis masyarakat Indonesia masih cenderung rendah, PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada kuadran low performance dengan high equity.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan kemampuan kolaboratif mahasiswa ini, baik upaya yang dilakukan oleh pendidik maupun upaya yang berusaha dilakukan oleh peserta itu sendiri. Menurut Anantyarta & Sari (2017) menjelaskan bahwa collaborative learning merupakan metode pembelajaran yang berusaha untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa dengan mengedepankan kedekatan sosial. Menurut penelitian Law dkk., (2017) menyatakan bahwa pembelajaran yang kolaboratif mampu membantu peserta untuk belajar secara sosial dan meningkatkan keterampilan sosial peserta. Group investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kolaboratif itu sendiri.

Model pembelajaran group investigation terkenal dengan model pembelajaran yang paling sulit untuk dilaksanakan, merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan collaborative skill peserta. Investigasi kelompok adalah teknik belajar bersama-sama yang mengutamakan keikutsertaan dari siswanya dalam menemukan sendiri materi atau data-data pelajaran yang dipelajari melalui berbagai sumber yang tersedia, seperti melalui buku pelajaran atau internet. Semua peserta dilibatkan dalam perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk belajar melalui investigasi. 

Dapat disimpulkan bahwa Group Investigation adalah model pembelajaran kooperatif (bersama-sama) dimana peserta terlibat dalam perencanaan pembelajaran mulai dari penentuan sub topik sampai penyajian masalah. Metode ini dilakukan secara bersama-sama dalam suatu kelompok sehingga mampu meningkatkan kemampuan kolaboratif (kerja sama) dan kemampuan berpikir kritis.

Menurut Sharan, dkk (dalam Trianto, 2011:59-61) berpendapat bahwa tahapan model pembelajaran Group Investigation (Investigasi Kelompok) terdiri dari enam tahap, yaitu:

1. Pemilihan Topik

Guru memberikan tema umum, kemudian siswa memilih subtopik sesuai dengan tema yang diberikan guru. Siswa kemudian akan dikelompokkan menurut subtopik yang dipilih, dan pembagian kelompok akan mempertimbangkan heterogenitas daripada berdasarkan kelas atau etnis.

2. Rancangan Belajar Bersama-Sama

Pendidik dan peserta akan mendiskusikan dan mengidentifikasi rencana pembelajaran khusus, peran dan tujuan yang harus dipertimbangkan dalam subtopik masing-masing kelompok yang dipilih sebelumnya.

3. Implementasi

Dibawah pimpinan guru melaksanakan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan pembelajaran akan menggunakan sumber belajar, tidak hanya berpusat pada sumber internal, tetapi juga melibatkan sumber eksternal, melibatkan keterampilan dan berbagai kegiatan, dibimbing oleh guru, dan memberikan bantuan bila diperlukan.

4. Penyelidikan

Peserta akan mulai menganalisis dan meninjau data yang diperoleh sebelumnya, kemudian merumuskan data apa yang akan disajikan dan dikomunikasikan bersama di kelas. Proses perumusan dilakukan secara bersama-sama antar anggota tim.

5. Mempresentasikan Hasil Analisis

Beberapa atau semua kelompok mempresentasikan hasil karyanya semenarik mungkin di depan kelas, dengan tujuan untuk saling terlibat di antara para peserta agar menghasilkan wawasan yang luas tentang topik yang sedang dibahas. Proses berbicara akan dipandu oleh guru.

6. Pertimbangan

Mempelajari dan pertimbangkan hasil tiap kelompok yang memiliki satu topik yang sama. Pertimbangan didapatkan berdasarkan hasil pribadi maupun kelompok.

Dengan kelebihan yang ada dalam model pembelajaran Group Investigation ini mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dimana model pembelajaran ini mengharuskan setiap siswa mencari bahan pelajarannya sendiri, kemudian mencari materi dan melakukan analisis terhadap pembelajarannya sendiri melalui investigasi. Dimana hal ini menuntut siswa menggunakan pemikiran kritisnya pada saat proses pembelajaran dan melakukannya secara berkelompok sehingga jalinan kelekatan antar anggota yang baik mampu memberikan keberhasilan pada pembelajaran tersebut.

Untuk mendapatkan keberhasilan pembelajaran tersebut diperlukan kemampuan kolaboratif. Sehingga model pembelejaran ini menuntut peserta menggunakan kemampuan kolaboratifnya dimana dengan dipraktekannya model pembelajaran ini secara berkala dalam lingkup pembelajaran baik formal maupun nonformal, diharapkan mampu mengembangkan kemampuan kolaboratif peserta itu sendiri.


Semoga bermanfaat ~


Oleh: Aldera Jean Pramudita (Mahasiswa Psikologi angkatan 2021, Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang)

Komentar

Popular Posts