Are you worry about the future?
“Masa depan. Dua kata yang kaya makna. Frasa yang ternyata sangat mendalam definisinya. Saat masih anak – anak, warna dari masa depan sangatlah cerah dan beragam. Namun beranjak dewasa masa depan kehilangan cahayanya. Menginjak kepala dua, warna masa depan mulai memudar menjadi abu - abu. Dengan demikian wajarkah kita mengkhawatirkan masa depan?”
Masa depan menjadi tujuan dan impian dari banyak orang. Setiap orang memiliki kepercayaan sendiri dalam mengartikan masa depan. Ada orang yang memaknai masa depan dengan menjadi kaya, memiliki keluarga yang bahagia, pasangan yang setia, memiliki pekerjaan yang layak dan tentunya masa depan yang bahagia.
Orientasi masa depan menurut Nurmi (1998) adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Sedangkan menurut Ginanjar (2004), orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang merumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, masa depan dapat diartikan sebagai gambaran yang dimiliki seseorang dengan merumuskan dan menyusun visi untuk mewujudkan mimpi pada masa yang mendatang.
Seorang anak kecil seringkali membayangkan masa depan dengan sesuatu yang indah. Memiliki rumah yang luas dan bertingkat, mobil mewah, helikopter serta dapat bekerja di kantoran. Beranjak dewasa, impian masa kecil rasanya sulit untuk diwujudkan bahkan hal tersebut terasa mustahil untuk direalitakan. Masa depan yang semakin terlihat abu – abu menimbulkan kecemasan. Kecemasan - kecemasan akan masa depan selalu menghantui bagai bayangan terlebih lagi pada masa remaja.
Nurmi (1992) menunjukkan bahwa masa remaja adalah periode dimana norma – norma masyarakat dan harapan lingkungan sekitar terhadap mereka mendorng remaja kearah pemikiran berorientasi masa depan. Perasaan mengorientasikan masa depan semakin tinggi menginjak usia 20 tahun. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini, remaja sudah memulai untuk bersikap antisipasi terhadap masa depan mereka.
Penyebab kecemasan pada masa remaja dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi sebagian besar disebabkan oleh ketakutan dan kegagalan. Penilaian orang lain terhadap capaian seseorang juga turut andil menjadi penyebab kecemasan pada remaja. Jadi perlukah kita mengkhawatirkan masa depan?
Kecemasan atau kekhawatiran merupakan hal yang manusiawi dialami oleh manusia. Kecemasan berarti perasaan tegang dan gelisah dengan tidak mampu mengatasi suatu masalah atau merasa tidak aman. Perasaan yang tidak menentu ini umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan perubahan pada fisiologis dan psikologis ( Taylor, 1953 )
Sebagai makhluk hidup, rasa cemas merupakan suatu bentuk kewajaran. Cemas mengindikasikan bahwa kita peduli atas apa yang sedang kita cemaskan. Kepedulian tersebut lah yang mendorong kita untuk merangkak langkah demi langkah untuk mengatasi kecemasan itu.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kecemasan terhadap masa depan (masih dalam tahap wajar) berdampak pada tersusunnya visi dan tujuan hidup. Dengan demikian remaja tersebut dapat meniti langkah demi langkah dengan pasti demi menuju kesuksesan ynag diimpikannya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan masa depan juga berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian selanjutnya (Nurmi, 1991). Individu yang tidak memiliki pandangan masa depan, akan menimbulkan ketidakjelasan dalam menentukan tujuan sehingga cenderung mengikuti derasnya alur tanpa tujuan yang jelas.
Masa depan adalah rahasia sang Kuasa. Rahasia yang tidak diketahui sedikitpun dan oleh siapapun. Mengkhawatirkan masa depan rasanya sah – sah saja dilakukan. Tetapi jangan sampai kekhawatiran masa depan menghambat kita dalam melangkah dan berkembang.
Kecemasan terhadap masa depan dapat menjadi semangat dan pemicu diri kita untuk terus berusaha dan berjuang. Tetapi, kecemasan terhadap masa depan tidak boleh dengan porsi yang besar atau berlebihan. Cemaslah dengan rasa yang sewajar wajarnya saja.
Satu pesanku untukmu. " Jangan cemas terhadap masa depan teruslah melangkah. Jika kamu jatuh bangkitlah, jangan berhenti. Keep spirit ! ".
Oleh : Umni Zaimatus Shidqiyah
Komentar
Posting Komentar