Tanggapi Kasus Keterlambatan Bicara, HIMPAUDI Bersama Mahasiswa PPL Psikologi Adakan Seminar

Dokumentasi suasana seminar di Aula Kecamatan Semarang Utara (Dok. LPM Esensi)
 

Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Kota Semarang berkolaborasi dengan mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengadakan seminar bertajuk "Anak Terlambat Bicara? Bunda Jangan Panik, Ini Sebab dan Solusinya". Seminar berlangsung di Aula Lantai 2 Kecamatan Semarang Utara. Sabtu, (16/07/2022).

Seminar tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu Putri Marlenny merupakan psikolog Rumah Duta Revolusi Mental dan Elizabeth Wahyu Margareth Indira sebagai psikolog anak yang juga merupakan founder dan praktisi pendidikan Yayasan Talenta Semarang.

Ketua panitia, Moh. Harist Amanda R. menyampaikan acara bertujuan untuk menambah pengalaman dan pengetahuan khususnya bagi guru dan calon orang tua ketika menemui kasus keterlambatan bicara pada anak.

"Kegiatan dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan serta memberikan pengalaman kepada para guru, peserta, dan calon orang tua dalam mengatasi masalah keterlambatan bicara pada anak dari perspektif psikologi maupun terapis. Memberikan pengetahuan terkait faktor apa saja yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara, bagaimana cara mengenali indikasi, serra pencegahan ketika anak mengalami keterlambatan bicara. Menambah pengetahuan mengenai solusi dam stimulasi bermain menggunakan media loose part dalam menangani anak yang mengalami keterlambatan bicara. Sehingga orang tua dan guru tahu harus bertindak seperti apa," jelasnya.

Putri Marlenny, narasumber seminar mengungkapkan terdapat beberapa ciri anak mengalami keterlambatan bicara yang dapat dideteksi.

"Deteksi dininya, anak perlu dievaluasi pendengaran dan bicaranya. Apabila ditemukan misalnya 12 bulan tidak mengocek sama sekali. Delapan belas bulan tidak  mengucapkan 2 kata pun. Dua puluh empat bulan perbendaharaan katanya 10 atau kurang. Tiga puluh bulan perbendaharaan katanya 100 atau kurang, dan tidak merangkai 2 kata. Tiga puluh enam bulan perbendaharaan katanya 200 atau kurang, tidak mengucapkan kalimat, kejelasan bicara kurang dari 50%. Serta empat puluh delapan bulan perbendaharaan kata 600 atau kurang, tidak mengucap kalimat secara lengkap, kejelasan kurang dari 80%," ungkapnya.

Putri juga menambahkan beberapa tips bagi orang tua dalam penanganan awal keterlambatan bicara.

"Penanganan awal pertama adalah buat anak agar meminta. Kemudian buat anak untuk bilang tidak mau dengan memberikan tawaran. Libatkan dalam situasi sosial. Beri kosa kata baru dengan mengambil benda agar terbiasa dengan bentuk-bentuk. Kemudian buat anak berkomentar agar dia berekspresi. Serta tunjukkan anak bagian-bagian mulut," tambahnya.

Elizabeth Wahyu Margareth Indira, narasumber kedua menjelaskan salah satu media stimulasi yaitu loose part.

"Loose part disebut lepasan karena material itu merupakan kepingan yang mudah dilepas dan disatukan, dapat digunakan sendiri ataupun dengan benda-benda lainnya untuk digabungkan atau dirangkai menjadi satu kesatuan dan setelah tidak digunakan dapat digunakan dapat dikembalikan pada kondisi dan fungsi semula. Banyak benda-benda tak terpakai yang dapat dimanfaatkan untuk loose part seperti kardus dan botol plastik," jelasnya.

Elizabeth kembali menjelaskan terdapat berbagai manfaat loose part.

"Loose part ini kaya nutrisi sensori, memunculkan inkuiri, mengajarkan anak untuk bertanya, dan menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak," pungkasnya

Reporter : Najwa Alfasahra Zen & Navy Suci Nur'aini 

Komentar

Popular Posts