Melalui Webinar, Mahasiawa KKN UIN Walisongo Tanggapi Fenomena Islamophobia
Tangkapan
Layar Webinar “Moderasi Beragama: Fenomena Islamophobia di Indonesia” Kelompok
29 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Inisiatif Terpadu (MIT) Dari Rumah (DR)
ke-13 ) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kamis (03/02/2022)
(Dok. Pribadi)
Semarang – Menanggapi fenomena Islamophobia, Kelompok 29 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Inisiatif Terpadu (MIT)
Dari Rumah (DR) ke-13 mengadakan webinar bertajuk “Moderasi Beragama:
Fenomena Islamophobia di Indonesia”. Webinar yang dilaksanakan virtual melalui zoom
meeting tersebut bejalan lancar pada Kamis (03/02/2022).
Webinar mengundang narasumber Syariful Anam selaku Dosen
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Universitas
Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Selain itu, acara tersebut juga
mengundang Lutfhi Rahman selaku Sekretaris Rumah Moderasi UIN Walisongo
Semarang sebagai keynote speaker.
Lutfhi Rahman menyampaikan bahwa Kementerian Agama
membuat rumusan empat kriteria seseorang dikatakan moderat dalam beragama.
“Seseorang dapat dikatakan moderat apabila memiliki
empat standar, standar pertama adalah seseorang harus memiliki komitmen
kebangsaan yang kuat, dia harus memiliki jiwa nasionalsme yang kuat. Kedua,
orang itu memiliki semangat toleran terhadap ragam perbedaan. Ketiga yaitu anti
kekerasan. Keempat adalah akomodatif terhadap budaya lokal,” jelas Lutfhi.
Syariful menjelaskan mengenai munculnya stigma di
masyarakat tentang Islam adalah teroris. Hal tersebut tak lepas dari
tindakan-tindakan anarkis yang dilakukan oknum ekstremisme yang membawa nama
Islam maupun yang beragama Islam.
“Adanya Islamophobia secara global maupun secara
spesifik di Indonesia tidak lain dan tidak bukan bagian dari peristiwa anarkis
yang pernah terjadi. Kemudian, itu menjadi titik awal adanya stigmatisasi
tentang Islam bahwa Islam distigmakan sebagai teroris. Tidak hanya itu, stigma
terorisme juga disematkan kepada komunitas Islam,” ungkap Syariful
Bertolak belakang dengan stigma yang hadir di
masyarakat, Islam justru memiliki wajah yang ramah dan penuh kasih sayang.
“Ajaran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah
agama yang damai yang rahmatan lil ‘alamin. Kedua, Islam adalah agama
pemersatu. Berikutnya adalah Islam datang mengajarkan advokasi terhadap
ketidakadilan. Kemudian yang terakhir, Rasulullah juga telah mencerminkan
akhlak mulia. Islam yang seperti inilah yang seharusnya difamiliarkan,” jelas
Syariful.
Sebagai closing statement, Syariful menambahkan
beberapa penyebab munculnya Islamophobia.
“Munculnya Islampohobia bisa terjadi dari
eksternal atau dari setting-an orang lain. Bisa juga terjadi karena ulah
oknum pengikut agama Islam itu sendiri. Maka, untuk menghindari salah persepsi,
sebaiknya kita sebagai orang yang meyakini ajaran agama Islam harus memberi
vibrasi yang positif dan baik supaya tidak dipersepsikan Islam sebagai agama
yang dekat dengan kekerasan, perilaku radikal, dan melakukan kerusakan.
Sehingga stigma negatif akan hilang dengan profil yang muncul dari pemeluk
agama Islam itu sendiri yang mengikuti suri tauladan Nabi Muhammad,” tutup
Syariful.
Reporter : Najwa Alfasahra Zen, Nikmatul Luailiya
Komentar
Posting Komentar