Penerapan Prevensi Kesehatan Mental Dalam Lingkungan Masyarakat

Oleh : Kelompok NIM Genap Psikologi 5B

UIN Walisongo Semarang


KESEHATAN MENTAL - Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan, karena individu yang sehat adalah mereka yang bukan hanya sehat fisiknya tetapi juga sehat mentalnya. Kesehatan mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka.

Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental merupakan suatu keadaan di mana seseorang memiliki perasaan positif terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri sehingga dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, kepuasan dalam kehidupan sosial serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya . Sedangkan menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Kesehatan mental berpengaruh terhadap produktivitas diri, keseimbangan hidup, relasi sosial, hubungan dengan masyarakat dan hubungan dengan lingkungan. Ketika individu sehat mental maka individu dapat terlibat aktif dan berkontribusi penuh terhadap lingkungan masyarakatnya. Namun hal tersebut cukup disayangkan karena masih banyak masyarakat yang awam bahkan tidak paham akan penting kesehatan mental dan isu kesehatan mental. Ketidak pahaman mengenai pentingnya kesehatan mental membuat masyarakat abai ketika mengalami gejala-gejala gangguan, misalnya ketika mengalami stres, masyarakat terkadang menganggapnya hal sepele sehingga mereka tidak paham mengenai pengelolaan stres maupun berbagai jenis gangguan jiwa dan cara penanganannya.

Terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental dan perilaku di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari empat orang akan menderita gangguan mental selama masa hidup mereka. Menurut WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) jumlah kasus gangguan depresi terbanyak di India (56.675.969 kasus atau 4,5% dari jumlah populasi), terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi. Sistem kesehatan di dunia dianggap belum cukup menanggapi beban gangguan mental, sehingga terdapat kesenjangan antara kebutuhan akan perawatan dan persediaannya yang sangat besar. Sekitar 85% orang dengan gangguan mental parah di negara berkembang tidak mendapat pengobatan atas gangguannya. Sejalan dengan ini juga diketahui bahwa pengeluaran setahun bagi kesehatan mentalmasih rendah yaitu kurang dari US$ 2 per orang, serta tenaga kesehatan mental yang kurang dari 1 per 100.000 populasi.1, 5 Demikian juga di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa kemungkinan akan terus bertambah. Oleh karena penting di setiap negara memiliki upaya penanggulangan akibat dari gangguan kesehatan mental.

Masalah Kesehatan Mental - di lingkungan masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental masih sering terjadi. Masalah kesehatan mental tersebut terjadi karena pengaruh faktor sosial dan ekonomi, seperti kemiskinan, pengangguran, serta konflik sosial. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Seseorang dapat mengalami tekanan dalam menjalani hidup yang disebabkan oleh kemiskinan, seperti kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tekanan dari lingkungan sosial terkait penerimaan dari lingkungan sekitar, serta minimnya pelayanan kesehatan yang layak dan mudah di akses. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kesulitan-kesulitan tersebut dapat semakin memperkeruh keadaan. Akibatnya seseorang dapat melakukan bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, penyimpangan perilaku dan sebagainya.

Seseorang yang mengalami pengaruh masalah kesehatan mental dapat memperoleh penilaian negatif dari masyarakat, tuntutan, dan desakan yang dapat menimbulkan gangguan psikologis dalam diri individu tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena minimnya kesadaran masyarakat akan kesehatan mental. Pemikiran masayarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan, apalagi mengenai orang-orang dengan masalah kesehatan mental. Tidak jarang orang yang mengalami masalah kesehatan mental justru dikucilkan bahkan di asingkan.

Di Gunung Kidul, Yogyakarta terjadi kasus pemasungan Orang Dalam Disabilitas Psikososial (ODDP) karena pihak keluarga merasa anggota keluarganya tersebut sebagai beban dan mereka tidak sanggup untuk menanganinya. Pemasungan tersebut dilakukan dengan cara mengikat hingga mengurung dalam ruang tertutup secara terpisah dengan anggota keluarganya yang lain.

Kasus lainnya juga terjadi di Lahat, Sumatera Selatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan pada tahun 2017, tingginya praktik pemasungan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebanyak 386 orang. Di daerah tersebut, pemasungan merupakan salah satu tradisi yang sudah ada sejak dahulu. Selain itu, faktor masyarakat yang sulit menerima kondisi keluarganya yang menderita gangguan jiwa dan merasa bahwa hal tersebut sebagai aib keluarga sehingga kemudian mengakibatkan mereka melakukan pemasungan tersebut.

Prevensi Kesehatan Mental di Lingkungan Masyarakat - Menyikapi permasalahan di atas, sudah sepantasnya setiap warga negara Indonesia saling mengingatkan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Kesehatan mental masyarakat yaitu kemampuan masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan permasalahan dalam kehidupannya secara baik dan harmonis. Kesehatan jiwa masyarakat sangat penting dalam pembangunan, karena masyarakat dengan kesehatan mental yang sehat dapat menggunakan potensinya dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan karya-karya yang luar biasa

Konsep person in the environment dapat menjadi alternatif yang tepat untuk mengkampanyekan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental di Indonesia. Konsep ini menjelaskan bahwa keberadaan individu tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya, serta individu yang secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Sehingga dengan kata lain, seseorang yang mengalami gangguan mental dapat disebabkan karena kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Dan dengan menerapkan konsep ini, semua lapisan masyarakat akan saling mempengaruhi dalam hal menjaga kesehatan mental. Peningkatan kesehatan mental masyarakat harus dimulai dengan memberikan psikoedukasi, memperluas informasi tentang kesehatan mental, dan mensosialisasikannya kepada orang-orang terdekat tentang apa itu kesehatan mental dan bagaimana cara menjaga kesehatan mental tersebut.

Dengan memberikan pdikoedukasi tersebut maka dapat mengubah persepsi masyarakat tentang gangguan mental, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan orang yang mengalami gangguan mental ini sebagai kutukan yang tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, perlu ditanamkan pada masyarakat bahwa gangguan mental dapat disembuhkan, dan orang dengan gangguan mental juga berhak untuk hidup normal seperti orang lain.

Selain upaya yang dijelaskan diatas, upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mengimbangi jumlah tenaga kesehatan mental di Indonesia, salah satunya psikolog Puskesmas. Dengan adanya psikolog Puskesmas, penderita gangguan mental akan lebih mudah mengakses layanan profesional terdekat di wilayahnya.

Fungsi Preventif- Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berhubungan dengan usaha dari konselor untuk mengantisipasi timbulnya berbagai masalah yang dimungkinkan terjadi dan berusaha untuk mencegahnya, agar tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan dan arahan kepada konseli tentang bagaimana cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun macam-macam bentuk prevensi, yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier.

a. Prevensi Primer

Prevensi primer mencakup dalam lingkup: (a) Untuk masyarakat luas, meliputi: peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan sosial, peningkatan berpendidikan, peningkatan kualitas perawatan medis, peningkatan kesempatan kerja; (b) Dalam komunitas, meliputi: mendidik pemuka masyarakat, konsultasi perencanaan tata pemukiman, konsultasi agen-agen komunitas, seperti polisi atau guru, mengubah proses-proses sosial dalam sistem sekolah, bersama-sama komunitas menghapus perasaan apatis dan ketidakberdayaan dijadikan aksi kolektif guna pemenuhan kebutuhan; (c) Untuk keluarga dan kelompok kecil, meliputi: program pendidikan bagi orangtua, pendidikan prenatal, terapi keluarga dan intervensi krisis untuk keluarga; (d) Untuk individual, meliputi: memperkuat kemampuan koping terhadap krisis kehidupan, konsultasi terhadap wali/pelindung atau teman bermakna bagi individu bersangkutan, intervensi krisis perkembangan terhadap anak sekolah, pasangan yang hendak menikah, ibu hamil, pensiunan, atau pasangan bercerai.

b. Prevensi sekunder

Berbagai sarana dapat digunakan dalam program pendidikan kesehatan mental, seperti talkshow atau program khusus di radio/televisi untuk menyosialisasikan program dari departemen kesehatan, departemen pendidikan nasional atau departemen sosial, pemutaran film bertema kesehatan mental, surat kabar atau majalah, komik, atau iklan layanan masyarakat di media massa. Sasaran aktivitas ini adalah: (a) Kelompok yang rentan terkena gangguan emosi, seperti anak-anak dan keluarganya atau orang-orang yang berada dalam situasi krisis perkembangan atau aksidental; (b) Pemangku kekuasaan dalam masyarakat; (c) pihak-pihak yang berfungsi sebagai pemangku rawat, seperti guru, polisi, dokter (Korchin, 1976).

c. Prevensi Tersier

Prevensi ini difokuskan pada populasi atau masyarakat, bukan semata-mata individu melalui program pendidikan kesehatan mental pada masyarakat (Heller dkk., 1984; Korchin, 1976). Tujuan pendidikan kesehatan mental adalah (a) Mendidik masyarakat dan pemimpin masyarakat tentang hal-hal yang menjadi penyebab gangguan kesehatan mental, sifat-sifat gangguan mental dan metode intervensinya. (b) Untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat itu sendiri atau menbudayakan aktivitas preventif.

Jenis- jenis Prevensi - Tiga tahapan yang dikenal dalam prevensi awalnya dikemukakan oleh Leavell dn Clark pada tahun 1950s (Dwivedi & Harper, 2010), yakni prevensi primer, sekunder dan tersier.

1. Prevensi Primer

Usaha yang lebih progresif dalam usaha pencegahan kesehatan mental adalah dengan mencegah terjadinya suatu gangguan dalam masyarakat. Jadi kesehatan mental masyarakat diproteksi sehingga tidak terjadi suatu gangguan. Hal demikian ini akan lebih baik jika dibandingkan dengan dilakukannya penanganan setelah terjadi. Prevensi ini desebut sebagai prevensi primer. Prevensi primer merupakan aktivitas yang didesain untuk mengurangi insidensi gangguan atau kemugkinan terjadi insiden dalam resiko. Terdapat dua macam prevensi primer yaitu:

a. Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental

b. Menunda atau menghindari munculnya gangguan mental

Cara yang digunakan untuk melakukan program prevensi ini, yaitu memodifikasi lingkungan dan memperkuat kapasitas individu atau masyarakat dalam menangani situasi.

2. Prevensi Sekunder

Gangguan mental yang masyarakat alami sedapat mungkin utnuk cepat dicegah, dengan cara mengurangi durasi suatu gangguan. Jika suatu gangguan misalnya berlangsung dalam durasi satu bulan, maka sebaliknya dicegah dan diupayakan dengan cara memperpendek durasi gangguan itu. Pencegahan ini disebut dengan prevensi sekunder.

Prevensi sekunder merupakan upaya pencegahan yang dilakukan guna mengurangi durasi kasus gangguan mental. Gangguan mental yang di alami ini baik karena kegagalan dalam usaha pencegahan primer maupun tanpa adanya usaha pencegahan primer sebelumnya. Sesuai dengan sekunder ini, maka saran pokoknya adalah penduduk atau sekelompok populasi yang sudah menderita suatu gangguan mental. Dengan memperpendek durasi suatu gangguan mental yang ada di masyarakat, maka dapat membantu mengurangi angka prevalensi gangguan mental dimasyarakat.

Menurut caplan (1963, 1967), terdapat dua kegiatan utama prevensi sekunder, yaitu diagnosis awal dan penanganan secepatnya dan seefektif mungkin.

a. Diagnosis awal

Diagnosis awal dimaksudkan untuk pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita gangguan mental, untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya, dan kemugkinan cara penanganannya. Diagnosis ini dapat dilakukan dengan skrining (pemeriksaan dengan alat-alat tersedia) sebagai bentuk seleksi awal terhadap masyarakat yang dimungkinkanm mengalami suatu gangguan. Berdasarkan pemeriksaan awal ini, kemudian masyarakat yang mengalami gangguan mental dapat direferal kepada pihak-pihak yang kompeten untuk memperoleh penanganan.

b. Penanganan secepatnya

Penanganan secepatnya dan secara efektif dilakukan oleh pihak yang dipandang mampu menanganinya. Namun demikian, prevensi sekunder tidak selalu dilakukan dengan hospitalsasi, dan menjadi lebih baik jikadilakukan dengan non hospitalisasi.

Penanganan kesehatan mental dengan prevensi sekunder tetap mengeluarkan biaya social dan ekonomi yang juga berat. Sekalipun pencegahan ini diharapkan mampu mengurangi prevalensi gangguan mental, tetapi tidak dapat mengurangi angka insidensi gangguan mental.

3. Prevensi Tersier

Orang yang mengalami gangguan, apalagi gangguan itu sampai pada terganggunya kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan prevensi untuk:

a. Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa

b. Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung, dan

c. Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prevensi jenis ini yang disebut sebagai prevensi tersier

Sasaran dalam prevensi tersier adalah kelompok masyarakat yang mengalami gangguan yang memilii sifat jangka panjang atau orang yang telah mengalami gangguan mental yang akut dan berakibat penurunan kapasitasnya dalam kaitannya dengan kerja, hubungan social, maupun personalnya.

Prevensi tersier memiliki makna yang sama dengan rehabilitasi. Namun penekanan kedua hal ini berbeda. Menurut caplan (1963), rehabilitasi lebih bersifat individual dan mengacu pada pelayanan medis. Sementara prevensi tersier lebih menekankan pada aspek komunitas, sasarannya adalah masyarakat dan mencakup perencanaan masyarakat logistic. Tentunya dalam prevensi tersier merupakan intervensi yang anti-hospitalisasi.

Prevensi tersier ini diberikan pada kepada orang yang sakit dan terjadi penurunan kemampuan atas fungsi sosial dan personalnya. Terlalu mahalnya biaya secara ekonomi, sosial dan personal jika penanganan kesehatan mental dilakukan hanya dengan prevensi tersier ini. Akan tetapi lebih efisien jika dilakukan sebelum penderita mengalami penurunan kemampuan itu. Karena itu, alternative yang lebih baik untuk melakukan pencagahan, yaitu dengan prevensi sekunder.

Faktor- Faktor- Faktor Biologis yang dapat mempengaruhi kesehatan mental meliputi :

A. Biologis

Para ahli telah banyak melakukan studi mengenai hubungan antara dimensi biologis dan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu memberikan kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis memberikan kontribusi yang besar untuk kesehatan mental. Maka dari itu, kesehatan manusia, khususnya disini adalah kesehatan mental, tidak dapat terlepas dari dimensi biologs ini. Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu selama kehamilain.

1. Otak

Otak adalah sesuatu yang sangat kompleks secara fisiologis, tetepi memiliki fungsi yang sangat penting bagi keseluruhan aktivitas manusia. Diferensiasi dan keunikan yang ada pada manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi karena keunikan otak manusia dalam mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya. Jika dipadukan dengan pandangan psikologi, adanya kesesuaian antara perkembangan fisiologis otak dengan perkembangan mental. Fungsi otak seperti motorik, intelektual, emosional dan afeksi berhubungan dengan mentalitas manusia.

2. Sistem endokrin

Sistem ini terdiri dari sekumpulan kelenjar yang saling bekerja sama dengan sistem syaraf yang otonom. Sistem ini saling memberikan fungsi yang penting yakni berhubungan dengan berbagai bagian tubuh. Akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yang meliputi, sistem syaraf menggunakan pesan kimia dan elektrik sedangkan sistem endokrin berhubungan dengan bahan kimia, yang disebut dengan hormon. Tiap kelenjar endokrin mengeluarkan hormon tertentu secara langsung ke dalam aliran darah, yang membawa bahan-bahan kimia ini ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin berhubungan dengan kesehatan mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin berdampak buruk pada mentalitas manusia. Sebagai contoh terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh terhadap kesehatan mental, yakni terganggunya “mood” dan perasannya dan tidak dapat melakukan coping stress.

3. Genetik

Faktor genetik memiliki pengaruh yang besar dengan mentalitas manusia. Kecenderungan psikosis yaitu schizophrenia dan manis-depresif merupakan sakit mental yang diwariskan secara genetis dari orangtuanya. Gangguan lainnya yang diperkirakan sebagai faktor genetik adalah ketergantungan alkohol, obat-obatan, Alzeimer syndrome, phenylketunurine, dan huntington syndrome. Gangguan mental juga dapat terjadi karena keadaan tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosom yang berlebihan atau berkurang dapat menyebabkan individu mengalami gangguan mental.

4. Sensori

Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan alat yang menagkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk: pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman. Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya fungsi kognisi dan emosi individu. Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran misalnya, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid, yakni terganggunya afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan kepada orang lain yang sebenarnya kecurigaan itu adalah salah.

5. Faktor ibu selama masa kehamilan

Faktor ibu selama di masa kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan mental anak. Selama berada di dalam kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi ibu. Faktor-faktor ibu yang dapat mempengaruhi kesehatan mental anaknya adalah: usia, nutrisi, obat-obatan, radiasi, penyakit yang diderita, stress dan komplikasi.

B. Psikologis

Notosoedirjo dan latipun (2005), beranggapan bahwa aspek psikis manusia adalah kesatuan antara sistem biologis. Sebagai subsistem dari eksistensi manusia, aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia.

1. Pengalaman Awal

Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi pada masa lalunya. Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian penting bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.

2. Proses Pembelajaran

Perilaku manusia adalah proses belajar, yaitu hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan sangat menentukan mentalitas individu.

3. Kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yakni orang yang dapat mengeksploitasi dan mewujudkan segenap kemampuan, bakat, keterampilannya sepenuhnya, untuk mencapai pada tingkatan apa yang disebut dengan tingkat pengalaman puncak (peack experience). Maslow mengatakan bahwa ketidakmampuan dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya adalah sebagai dasar dari gangguan mental individu.

4. Sosial Budaya

Lingkungan sosial memilii pengaruh yang besar terhadap kesehatan mental. Lingkungan sosial dapat menopang bagi kuatnya kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif, tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pulan menjadi stressor yang dapat mengganggu kesehatan mental.

5. Lingkungan

Interaksi manusia dengan lingkungannya dapat berhubungan dengan kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat dapat memberikan duungan kesehatan manusia itu sendiri, dan sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mengganggu kesehatannya termasuk dalam konteks kesehatan mentalnya.

Dampak- Dampak Prevensi Psikologi dalam Kehidupan :

1. Mengedukasi mengenai masalah kesehatan mental kepada orang awam yang semula tidak tahu menjadi tahu.

2. Mencegah seseorang terkena masalah kesehatan mental.

3. Membuat seseorang menjalani hidup sehat, agar terhindar dari masalah kesehatan mental.

4. Agar seseorang dapat mengetahui tindakan apa yang tepat untuk dilakukan sebelum terkena masalah kesehatan mental.

Masyarakat perlu mengetahui prevensi kesehatan mental dengan cara terus melatih kepekaan dan meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Dengan cara tersebut nantinya masyarakat akan terbiasa mendengar tentang isu-isu kesehatan mental dan juga dapat menjadikannya bagian pembicaraan sehari-hari. Hal tersebut dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan bantuan yang dibutuhkan sehingga keterampilannya dalam mencari bantuan (help-seeking behavior) juga akan meningkat. Bukan hanya itu saja, individu akan lebih mudah dan responsif dalam memahami tanda-tanda stres yang berakibat buruk pada dirinya dan lebih cepat dalam mencari pertolongan sesuai gejala yang dialami. Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan atau masalah kesehatan mental dapat berkurang dengan meningkatkan literasi kesehatan mental, sehingga kesejahteraan masyarakat secara psikologis dapat tercapai.

Banyaknya kasus permasalahan kesehatan mental yang ditemui dalam lingkup masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi. Namun, kurangnya kesadaran masyarakat itu sendiri tentang pentingnya kesehatan mental menimbulkan penilaian negatif kepada penyandang gangguan mental dan hal ini bisa menimbulkan masalah psikologis lainnya bagi penyandang tersebut. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui tentang kesehatan mental dengan diberikan Psikoedukasi agar penilaian negatif masyarakat terhadap gangguan mental bisa berubah dan dapat memperlakukan penyandang gangguan mental sebagaimana mestinya. Selain itu, prevensi psikologi juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi berbagai masalah psikologis yang mungkin terjadi pada penyandang gangguan mental.

Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa faktor biologis memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kesehatan mental, kondisi ibu selama masa kehamilan sangat berpengaruh bagi kesehatan janin yang dikandung. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan mental yaitu pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi pada individu tersebut bisa menimbukan masalah psikologis. Lingkungan sosial dan ekonomi juga memberikan pengaruh yang besar bagi kesehatan mental seperti tuntutan yang ada dalam masyarakat.

Dari tindakan prevensi yang dilakukan terdapat dampak dalam masyarakat yaitu dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental, mengantisipasi masalah psikologis yang mungkin terjadi, membantu individu menjalani hidup sehat dan terhindar dari gangguan mental, dan masyarakat dapat menjaga kesehatan mentalnya.


Referensi : 

H. Kamaluddin.(2011). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (Bimbingan dan Konseling Sekolah). Volume. 17. Nomor 4. Halaman 447-454.

Hakim, Lukman Nul. 2012. Upaya Penanganan Gangguan Kesehatan Mental Di Provinsi Gorontalo. Aspirasi, 3 (2).

Putri, Adisty Wismani,dkk. 2015, Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan, dan Keterbukaan Masyarakat terhadap Gangguan Kesehatan Mental). Prosiding KS: Riset & PKM,

Alfina, R. Prevensi dalam Kesehatan Mental. https://id.scribd.com/presentation/511793071/Prevensi-dalam-Kesehatan-Mental, diakses pada 12 Desember 2021

Soesilo, A. L. Promosi Kesehatan Mental dan Prevensi Gangguan Mental Pada Anak dan Remaja. Promosi dan prevensi, 1-16.

Ayuningtyas, D., Misnaniarti, & Rayhani, M. (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental pada Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 9(1):1-10

http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/Agustus_2010_Sriningsih.pdf

http://repository.untag-sby.ac.id › ...PDF

12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kesehatan Mental - UNTAG ...


Komentar

Popular Posts