WEBINAR NASIONAL : PANGAN LOKAL DAN TRIPEL BURDEN MALNUTRITION DI MASA PANDEMI OLEH HMJ GIZI UIN WALISONGO
Semarang – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Gizi mengadakan webinar nasional IODINE (Issue on Dietary and Nutrition Care) 2021 dengan mengangkat tema “Penerapan Pola Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal Dalam Menghadapi Tripel Burden of Malnutrition di Masa Pandemi Covid-19”. Webinar tersebut dilakasanakan melalui platform zoom meeting yang dimulai dari pukul 08.00 – 13.30 WIB, Sabtu (23/10/2021).
Acara dibuka oleh MC dengan membacakan susunan acara dan tata tertib berlangsungnya webinar. Dilanjutkan dengan membacakan ayat suci Al-Qur’an oleh Iiz Roizul Fahmi, kemudian menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diikiuti oleh seluruh peserta.
Selanjutnya, disambung dengan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama oleh Rizka Nazli Maulina selaku Ketua Pelaksana, selanjutnya oleh Ketua HMJ Gizi Firda Ainun Nabila.
Sambutan ketiga oleh Dr. Dina Sugiyanti, M.Si selaku kepala jurusan gizi dan selanjutnya Moh. Arifin, S. Ag. M. Hum. selaku wakil dekan 3 Fakultas Psikologi dan Kesehatan.
Sambutan yang terakhir disampaikan oleh pihak sponsorship yaitu Inez Cosmetic yang telah memberikan dukungan atas berlangsungnya webinar tersebut. Webinar dimoderatori oleh Fitria Susilowati, M.Sc selaku dosen jurusan Gizi.
Materi pertama disampaikan oleh Ir. Purwanti Susantini, M.Kes yang membahas mengenai dampak pandemic terhadap peningkatan tripel burden serta pencegahannya.
Ir. Purwanti Susantini, M.Kes menyampaikan materi pertama dalam Webinar Iodine.
Kasus covid-19 menyebabkan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hal tersebut mengakibatkan layanan pemeriksaan kesehatan masyarakat seperti posyandu menjadi terbatas.
Padahal peran posyandu dalam masayarakat sangat penting untuk memantau tumbuh kembang balita dan memberikan pengetahuan kepada ibu balita dalam memberikan pola makan yang tepat.
“Kelebihan gizi, kekurangan gizi, dan kekurangan zat gizi mikro adalah hal yang paling sering terjadi di masayrakat. Padahal zat gizi mikro pada ibu hamil sangat penting disamping pemenuhan asupan gizi utamanya.
Permasalahan gizi tersebut umumnya akan mengakibatkan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada wanita usia subur, keadaan stunting, dan masalah gizi remaja,” Ungkap Purwanti.
Di masa pandemi layanan posyandu sangat terbatas jumlahnya, hal tersebut membuat ibu balita kurang memahami bagaimana pola pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang tepat untuk anaknya dan belum banyak mengerti bagaimana cara membaca KMS (Kartu Menuju Sehat).
Padahal kedua hal itu yang wajib diketahui oleh ibu balita dalam mendukung tumbuh kembang yang optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti pada 58 responden remaja putri di Semarang Utara mengenai pengkonsumsian tablet penambah darah sangat mengejutkan.
Pasalnya remaja yang mengkonsumsi tablet tambah darah satu kali seminggu sangat sedikit, padahal tablet tersebut sangat membantu remaja putri agar terhindar dari anemia.
“Anemia pada remaja perlu menjadi perhatian khusus karena akan berdampak terjadinya anemia ketika ia hamil,” tuturnya.
Menurut Purwanti, ada beberapa cara untuk menangani stunting dan masalah gizi lainnya, yaitu antara lain :
Networking, yaitu adanya kerjasama, pembagian peran, kesepakatan, penggalian sumber daya dari masing-masing lembaga untuk menggerakan pola makan gizi seimbang dan pola hidup sehat di masyarakat.
Peningkatan media sosial, dimasa pandemi semuanya serba terbatas, sehingga kita dituntut untuk pintar menggunakan media soisal dalam mencari informasi.
Peningkatan pemahaman buku KIA, agar para ibu mampu membaca KMS. Terakhir adalah pemeriksaan ibu hamil.
Materi kedua disampaikan oleh Dr. Rita Ramayulis yang membahas tentang optimalisasi pemanfaatan pangan local sebagai solusi dalam menghadapi tripel burden of malnutrition.
Dr. Rita Ramayulis ketika menjelaskan materi kedua dalam Webinar Iodine.
“Makann local memiliki harga yang terjangkau, mudah didapat, dantidak kalah kandungan gizinya dari makanan luar atau kekinian” tuturnya.
Nasi pasti sudah menjadi makanan pokok kita sehari-hari, padahal sumber karbohidrat yang berasal dari pangan local bermacam-macam. Ada jagung, ubi jalar, dan kentang yang nilai gizinya bahkan lebih baik dari nasi putih yang sering kita konsumsi.
Kandungan kalori pada nasi putih lebih tinggi dari sumber karbohidrat lainnya sehingga tidak cocok dikonsumsi pada orang yang terkena obesitas. Jagung memiliki kandungan vitamin B1. B2, B3 yang lebih tinggi dari nasi putih. Umbi juga tinggi serat dan kalium sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita hipertensi.
Tidak hanya sumber karbohidrat saja yang didapat dari pangan local. Sumber protein hewani dan nabati pun bermacam-macam, contoh sumber protein hewani local yang kaya gizi antara lain ikan pindang seruni, ikan beong, dan ikan gabus. Sedangkan untuk protein nabati yang berasal dari local antara lain tempe dan oncom merah.
Stunting dapat dipengaruhi oleh ibu hamil yang terkena anemia, sehingga mulai dari remaja sangat penting untuk mencegah anemia. “Pilar pencegahan sanemia adalah dengan mencukupi asupan zat besi, vitamin c, dan tablet tambah darah” ungkapnya.
Modifikasi makanan dan pintar-pintarnya kita dalam memenuhi kebutuhan gizi sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya triple burden malnutrition.
Peran Pangan Lokal dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat
Pafitri S.KM, RD, register Dietisien / Praktisi Gizi saat menyampaikan materi Peran Pangan Lokal dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat.
“Pangan lokal merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai potensi dan kearifan lokal menurut UU Pangan," Jelasnya.
Beliau juga menambahkan bahwa pentingnya pangan lokal yang tersedia sangat bermanfaat untuk tubuh karena zat gizi yang terkandung di dalamnya dengan keberagaman jenis pangan yang dikonsumsi. Kelebihan untuk memilih pangan lokal sebagai alternatif dalam konsumsi harian adalah dengan minimnya budget yang dikeluarkan, namun tetap sehat dan juga bergizi.
Contoh pangan lokal yang tersedia di Indonesia ada Sagu, Jagung, dan Singkong. Menurut beliau juga ada beberapa pangan lokal yang belum dimanfaatkan secara intensif seperti umbi-talas,ganyong, hanjeli, hotong.
Contoh menu pangan lokal yakni Singkong pelangi yang bentuknya seperti kimbab, makanan asal korea selatan yang tentunya berasal dari bahan pangan lokal yang tersedia di sekitar kita.
Selain itu beliau juga menyebutkan tentang menu Nasi jagung bakar yang merupakan pengembangan resep dari nasi bakar yang sering kita jumpai.
Namun untuk karbohidrat nya diganti menjadi beras jagung/ jagung giling dengan tambahan bahan pangan yang tersedia di sekitar kita dengan kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang seimbang.
“Namun tantangan yang kita hadapi juga tidak dapat dipungkiri, Pangan lokal harus bersaing dengan makanan dari budaya asing dalam dunia kuliner di Indonesia.” Ucapnya.
Selain itu beliau juga menambahkan bahwa harus serba cepat, praktis dan juga mengenyangkan. Pangan lokal juga dapat menjadi ciri khas pada suatu daerah tertentu.
Minimnya pengetahuan membuat perlunya inovasi yang kreatif untuk menarik perhatian masyarakat terhadap pangan lokal.
“Persepsi bahwa jika belum makan nasi, maka belum kenyang atau belum dihitung makan” dijelaskan bahwa itu merupakan kebiasaan yang terjadi pada mayoritas masyarakat di Indonesia saja, dan hal itu bisa dihilangkan secara perlahan lahan, Jelasnya.
Tren dan Tantangan Konsumsi Pangan Lokal di Era Pandemi
Pola konsumsi masyarakat Indonesia di era Pandemi sudah banyak meningkat dengan adanya poster atau informasi yang berseliweran di dunia maya mengalami perubahan pola konsumsi menjadi lebihbergizi dan sehat. Prosentase pembelian bahan makanan masyarakat di Indonesia pada era pandemi meningkat menjadi 65,8%.
Sedangkan untuk peningkatan konsumsi makanan sebelumd dan sesudah pandemi meningkat sebanyak 50% dari 2020-2021. Buah dan sayuran merupakan bahan makanan yang paling tinggidan meningkat penjualannya.
Untuk camilan dan makanan ringan atau makanan & minuman kemasan yang banyak mengandung lemak dan gula mengalami penurunan penjualannya sebelum dan setelah pandemi.
Tantangan ketahanan pangan di indonesia masa pandemi yakni Hambatan distribusi pangan antarprovinsi atau pulau,Perubahan pola konsumsi,Menjaga petani tetap berproduksi, Anomali iklim / perubahan iklim.
Menurut beliau, nyatanya di Indonesia ini masih banyak bahan pangan yang diimpor padahal produksi dalam negeri sudah mencukupi sehingga akan menyebabkan terjadinya oversuplai yang mengakibatkan nilai jual pangan lokal turun.
Reporter : Maulita Sekar Arum dan Salwa Qotrunnada
Komentar
Posting Komentar