5 Senjata untuk jadi pejuang Eco-Friendly di Masa Pandemi
Isu mengenai kelestarian lingkungan sudah banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Perkembangan media sosial menjadi salah satu pendorong mudahnya informasi untuk menyebar dan diterima oleh masyarakat. Tentu ini merupakan hal yang positif sebab menjadikan masyarakat lebih berpikiran terbuka dan menyadari untuk lebih memperhatikan lingkungan.
Salah satu yang sering diperbincangkan adalah masalah sampah plastik. Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Science mengatakan, bahwa ada sekitar 24-34 juta metrik ton polusi plastik yang masuk ke lingkungan laut setiap tahunnya. Jumlah tersebut sekitar 11% dari sampah plastik didunia. Dilansir dari IFL Science, peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini bisa jadi semakin buruk satu dekade mendatang. Diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 53-90 juta ton di tahun 2030.
Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik terbanyak setelah Tiongkok bersama negara-negara lain seperti Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Fakta ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia masih perlu meningkatkan perhatian terhadap lingkungan. Salah satunya dengan mengurangi konsumsi sesuatu yang dapat menghasilkan sampah plastik. Istilahnya adalah Eco-friendly.
Eco-friendly sendiri adalah kegiatan, panduan, dan kebijakan yang bergerak untuk menjaga kondisi lingkungan dengan menerapkan cara yang berbeda-beda. Eco-friendly memang tidak hanya berfokus pada masalah sampah plastik saja. Namun sampah plastik adalah penyebab masalah lingkungan paling serius yang memerlukan penanganan ekstra dan upaya dari semua pihak.
Lalu apa saja sih, 5 benda sederhana yang dapat membantu kamu melakukan usaha Eco-Friendly di masa pandemi ini?
1. Paper Bag atau Tas Kain
Kantong plastik atau lebih akrab disebut kresek termasuk sampah plastik yang banyak dihasilkan mengingat benda ini memang sering digunakan sehari-hari. Seperti untuk berbelanja, membeli kudapan, untuk membawa sesuatu, dsb. Itulah mengapa beberapa minimarket dan supermarket menerapkan kantong plastik berbayar sebagai upaya mengurangi penggunaan kantong plastik.
Daripada menggunakan kantong plastik yang tidak ramah lingkungan serta butuh waktu sangat lama bagi alam mengurainya, lebih baik beralih ke paper bag atau tas kain seperti tote bag. Seperti yang sudah diketahui, paper bag terbuat dari kertas yang tentu saja dapat terurai. Sedangkan tas kain dapat digunakan berkali-kali. Sehingga tidak menjadi sampah yang menumpuk dikarenakan hanya bisa dipakai sekali.
2. Sedotan Non-Plastik
Pada bulan Agustus tahun 2015 silam, beredar sebuah video yang menampilkan proses pengangkatan sedotan plastik yang tersangkut di hidung seekor penyu laut. Proses pengangkatan sedotan tersebut berlangsung traumatis, darah mengalir keluar dari hidung penyu itu ketika sedotan sepanjang 10 cm tersebut ditarik keluar menggunakan tang.
Peristiwa tersebut tentu saja menjadi pengingat betapa berbahanya sampah plastik. Apalagi ketika berada dilautan, dikarenakan hewan laut seperti penyu ini tidak dapat membedakan mana makanannya dan mana sampah plastik.
Menggunakan sedotan berbahan non-plastik merupakan solusi agar kejadian semacam itu tidak terulang kembali. Tentu saja dibarengi dengan tidak membuang sampah dilaut. Sekarang ini, sudah banyak sedotan yang terbuat dari bahan yang mudah terurai seperti sedotan bambu, atau sedotan yang dapat digunakan terus-menerus seperti sedotan stainless. Bahkan ada juga sedotan yang dapat dimakan yang diberi nama oleh pembuatnya sebagai Fan-straw. Sedotan ini terbuat dari campuran beras dan tapioka sehingga aman dimakan. Apabila ingin membuangnya saja pun tidak masalah karena sedotan ini dapat terurai atau dijadikan campuran pupuk kompos. Jika terbuang ke laut sedotan tidak akan membahayakan karena dia akan larut dan menjadi makanan biota laut.
3. Tumbler dan Reusable Cup
Menggunakan botol tumbler atau reusable cup memang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Kegemaran anak-anak muda untuk membeli berbagai macam minuman yang sekarang ini banyak dijual pun menjadi salah satu alasan mengapa membawa tumbler atau reusable cup sendiri perlu dilakukan sebab dapat meminimalisir penggunaan cup plastik yang digunakan sebagai wadah minuman.
Selain modelnya yang bermacam-macam dan menarik, tumbler dan reusable cup juga dapat digunakan berkali-kali. Itulah mengapa benda ini masuk kedalam benda yang mendukung usaha Eco-friendly.
4. Masker kain
Di masa pandemi ini, menggunakan masker merupakan kewajiban terutama ketika melakukan aktifitas diluar rumah. Tujuannya adalah untuk mengurangi potensi penyebaran virus Covid-19. Berdasarkan survei yang dilakukan BPS pada tanggal 7 September – 14 September 2020 terhadap perilaku masyarakat di masa pandemi untuk kepatuhan penggunaan masker mencapai 92%. Itu menandakan bahwa jumlah konsumsi masker medis pun cukup tinggi pula. Diluar dari kemungkinan penggunaan masker non-medis dalam angka tersebut.
Masker medis terbuat dari material spunbond, yaitu kain sintetis yang terbuat dari bahan polypropylene atau biji plastik dengan serat panjang yang terikat dan tersusun kuat melalui proses kimiawi. Meskipun terbuat dari biji plastik, material ini diklaim lebih ramah lingkungan dan tidak membahayakan lingkungan.
Walaupun begitu, sampah masker tetap harus kita tangani sebagai sampah plastik. Lebih baik membakarnya sendiri karena masker medis termasuk sampah medis yang berpotensi menyebarkan penyakit. Selain itu juga guna menanggulangi penyalahgunaan masker bekas pakai yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk dijual kembali.
Oleh karena itu, menggunakan masker kain yang dapat digunakan berkali-kali merupakan langkah yang tepat guna mengurangi penggunaan masker medis.
5. Wadah makanan
Diterapkannya PPKM yang membatasi jam buka tempat makan sampai jam tertentu guna menghindari kerumunan dan mengurangi potensi penyebaran virus. Pemerintah juga sempat melarang warga makan ditempat dan menganjurkan untuk take away atau membawa pulang makanan yang dipesan. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk memulai kebiasaan membawa wadah makanan sendiri untuk mengurangi bungkus makanan yang menggunakan plastik.
Menurut Journal of Cleaner Production, faktor yang paling berpengaruh dalam reduksi/pengurangan sampah plastik adalah faktor perilaku konsumen. Penanganan masalah sampah plastik haruslah diupayakan dari langkah yang paling kecil dulu yakni pribadi masing-masing. Perlu kesadaran dari manusia itu sendiri untuk melakukan usaha pengurangan penggunaan sesuatu berbahan plastik.
Oleh Rizky Ainuna
Komentar
Posting Komentar