Anak, Remaja, dan Media Sosial

 

(Photo by : pingpoint.com) 

Anda harus tahu bahwa dampak media sosial pada anak usia sekolah sangat besar. Oleh karena itu pentingnya pengelolaan keamanan dan perlindungan anak dan remaja di ranah maya. 

Menurut data studi Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014 menunjukkan 80 juta anak-anak telah mengakses pornografi online dan jumlah anak-anak yang mengakses pornografi online tersebut terus meningkat menjadi 90% (BPS, 2014). KPAI juga melakukan data studi tahun 2011-2014, data tersebut melaporkan 932 kasus pornografi dan kejahatan maya yang menjadikan anak-anak sebagai target utamanya. Selain KPAI, juga banyak pihak yang melakukan data studi terkait hal ini diantaranya; ECPAT INDONESIA yang melakukan data studi tahun 2010-2015 melaporkan 35 anak mengalami ekploitasi seksual di ranah maya; Komenkominfo bersama dengan UNICEF tahun 2014 melaporkan bahwa anak-anak dan remaja berbohong mengenai usia mereka untuk dapat mengakses situs internet. Studi ini juga melaporkan bahwa anak dan remaja berkomunikasi dengan orang asing ketika ada di ranah maya; Indonesia Sejiwa Foundation melaporkan 2 dari 10 anak Indonesia yang mengakses sosial media mengalami perundungan maya.


Apa itu Media Sosial?

Media sosial adalah media yang berupa situs dan aplikasi yang melibatkan teknologi berbasis internet. Media berbasis teknologi internet ini mendorong dan memungkinkan penggunanya saling terhubung dengan siapa saja, baik orang-orang terdekat hingga orang asing yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Para peserta FGD mengartikan media sosial sebagai media yang memberikan fasilitas layanan jaringan online yang dapat menghubungkan orang-orang sevara individu atau kelompok (Obar, J.A and Wildman, S., 2015).

Berdasarkan data dari survey yang dilakukan oleh We Are Sosical Singapore tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan media sosial adalah 106 juta jiwa dari total 262 juta jiwa populasi, yang 92 juta jiwa diantaranya mengakses media sosial dari perangkat mobile. Sementara, data dari survey yang sama menunjukkan bahwa dalam aktivitas tertinggi yang dilakukan oleh pengguna internet Indonesia dalam kurun waktu satu minggu adalah mengunjungi media sosial dengan rincian 62% menggunakan telepon pintar, 16% menggunakan computer (desktop), dan 6% menggunakan tab.


Umur yang Aman Untuk Mengakses Media Sosial

Umur yang aman untuk mengakses media sosial yaitu 13 tahun ke atas. Hal ini sesuai dengan kebanyakan syarat pembuatan akun di media sosial. Artinya, sekolah dan orangtua perlu mempertimbangkan lagi permintaan pembuatan akun pesan instan (instant messenger) yang fitunya terlah menyerupai dan dapat dianggap sebagai media sosial.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh orangtua adalah penyediaan telepon selular untuk anak. Orangtua perlu memperhatikan hal tersebut karena kebanyakan media sosial tidak memiliki kontrol terhadap pemalsuan usia.

Sementara hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan sekolah adalah menggunakan media sosial, seperti Whatsapp dan Telegram untuk mengkomunikasikan tugas-tugas sekolah. Sekolah dan guru perlu memahami bahwa, walaupun ada media sosial yang tidak memberikan batasan usia, namun sifat media sosial adalah kovergen dan publik. Sifat konvergen dan publik ini berpotensi membahayakan anak-anak, terutama yang duduk di bangku sekolah dasar.


Manfaat Media Sosial untuk Anak dan Remaja

Media sosial memiliki beberapa manfaat untuk anak dan remaja. Manfaat tersebut telah dirasakan beberapa anak dan remaja ketika menggunakan menggunakan media sosial. Berikut manfaat media sosial untuk anak dan remaja:

1. Anak dan remaja dapat dengan mudah mencari dan memperoleh informasi yang bersifat umum, seperti informasi berita terkini, hiburan, seputar hobi, informasi mengenai dunia luar, dll. Namun informasi yang diperoleh kerap kali tidak sesuai dengan usia mereka, sehingga hal ini dapat memperngaruhi anak dan remaja untuk melakukan hal serupa dengan informasi yang mereka peroleh.

2. Anak dan remaja dapat dengan mudah mencari informasi terkait tugas dan pelajaran sekolah pada media sosial. Untuk memperoleh informasi terkait tugas dan pelajaran sekolah, anak dan remaja sering kali bertukar informasi terkait tugas dan pelajaran sekolah dengan teman-temannya menggunakan media sosial seperti Whatsapp. Selain itu, mereka juga menggunakan browser untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap

3. Anak dan remaja dapat terhubung dengan mudah oleh keluarga dan teman yang berjarak jauh maupun dekat. Media sosial sering kali digunakan anak dan remaja saling menanyakan kabar atau juga dapat menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus.

4. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk memberikan informasi atau kabar terbaru mengenai kejadian di sekitar mereka.

5. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton video tutorial dan video musik di YouTube. Ketika anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton video tutorial, mereka dapat merasakan manfaat baik, seperti menonton video tutorial untuk membuat slime. Setelah menonton video tutorial tersebut, anak dan remaja dapat mengikuti cara membuat slime sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan kreatifitas anak dan remaja dalam membuat sesuatu yang bermanfaat.

6. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton film. Kegiatan menonton film pada media sosial dilakukan jika anak dan remaja untuk mengisi waktu luang mereka. Anak dan remaja menyukai menonton film kartun, film Korea, atau film action (anak dan remaja laki-laki).

7. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk melakukan jual beli online. Kegiatan belanja online pada anak dan remaja dianggap mempermudah mereka untuk tidak perlu pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Sedangkan kegiatan berjualan online dilakukan anak dan remaja untuk menambah uang saku mereka. Anak dan remaja biasanya menjual hasil karya mereka secara online, seperti lukisan dan tulisan

8. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk melakukan promosi kegiatan sekolah mereka. Anak dan remaja mengakui penggunaan media sosial sebagai media promosi sangat membantu, karena mereka tidak perlu berbergian ke sekolah-sekolah lain untuk mempromosikan kegiatan di sekolah mereka. Selain itu, media sosial sebagai media promosi sekolah juga memudahkan bagi anak dan remaja yang ingin mencari sekolah baru (untuk anak dan remaja jenjang sekolah tingkat akhir).


Risiko Media Sosial untuk Anak dan Remaja

Anak dan remaja mengatakan bahwa secara tidak sengaja (dan sengaja) mereka sering memperoleh informasi mengenai kekerasan (melalui iklan game, melalui berita, melalui film yang muncul pada time line), pornografi (melalui iklan game, melalui berita, melalui film) dan ujaran kebencian (melalui postingan teman/keluarga/temannya teman yang masuk pada timeline mereka)

Anak-anak dan remaja umumnya sadar akan risiko negatif media sosial tersebut, namun sebagian anak dan remaja menganggap media adalah kebutuhan pokok, sehingga akses anak dan remaja pada media sosial sebaiknya tidak dibatasi karena jika dibatasi akan menimbulkan rasa gelisah. Hal tersebut menggambarkan bahwa selain efek yang nyata seperti kekerasan dan pornografi, media sosial juga memiliki efek laten yang menyebabkan kecanduan yang mengenyampingkan akal sehat anak, terutama remaja.


Dampak Negatif Media Sosial bagi Anak dan Remaja

1. TMI “Too Much Information”

Mungkin masalah terbesar dengan media sosial dapat disimpulkan dengan menggunakan singkatan yang dikenal anak dan remaja sebagai "TMI", Too Much Information atau "terlalu banyak informasi." Anak-anak dan remaja yang mengisi waktu luangnya dengan mengakses media sosial secara tidak sadar mengungkapkan terlalu banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka, Hal itu dapat menyebabkan masalah seperti kerentanan terhadap cyber bullies.

Hal ini disebabkan karena media sosial menambah volume dan frekuensi konten, terutama pada ranah yang jauh lebih personal dan mudah dilihat oleh siapa saja. Kondisi ini diperburuk ketika anak dan remaja memanfaatkan media sosial untuk mengisi waktu luang mereka, yang akhirnya menyebabkan adiksi. TMI ini mendorong potensi perilaku yang lain, yang disebut FOMO, Fear of Missing Out atau takut ketinggalan berita terkini. FOMO ini mendorong anak dan remaja untuk terus mencari dan berbagi informasi dari internet melalui media sosial. Pada tahap inilah anak dan remaja amat rentan terhadap risiko predator online, pornografi, kekerasan, perundungan maya, invasi privasi, dan pencurian identitas.

2. Menciptakan Jarak antara Anak dan Keluarga

Anak dan remaja menggunakan istilah, strategi dekat tetapi jauh, dan jauh tetapi dekat. Hal ini dapat digambarkan bagaimana anak dan remaja terlihat ada disekitar orang tua dan keluarga, namun secara intens menggunakan sosial media. Sebaliknya, mereka justru memiliki relasi yang lebih dekat dengan teman-teman atau orang-orang di media sosial ketika ada dilingkungan privat atauu keluarga.

3. Kesehatan Anak dan Remaja

Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan media sosial yang berlebihan. Dalam beberapa studi yang dilakukan, menemukan kasus berkurangnya penglihatan anak secara signifikan karena konsumsi media sosial yang berlebihan.

4. Gambar Kekerasan (yang tidak bagus)

5. Mengetahui Identitas

6. Narsis

7. Berita Hoax

8. Penipuan

9. Lupa Waktu

10. Malas Belajar

11. Mengikuti Hal yang Tidak Bagus


Peran Keluarga, Orangtua, dan Guru (sekolah)

Kebanyakan orangtua menekankan perlunya pengawasan penggunaan media sosial. Termasuk kegiatan pengawasan adalah dengan melakukan pembatasan waktu penggunaan. Selain itu, baik orangtua dan remaja berpendapat perlu adanya filter pada media sosial, terutama untuk anak di bawah usia 13 tahun. Baik industri, sekolah, aparat hukum, aparat keamanan, dan orangtua berpendapat pemerintah perlu memberlakukan aturan-aturan mengenai penggunaan media sosial oleh anak dan remaja. Namun semua pemangku kepentingan sepakat bahwa orangtua dan keluarga memiliki peranan paling signifikan dalam penggunaan media sosial oleh anak dan remaja.

Orang tua, keluarga dan guru (sekolah) perlu memberikan penjelasan dan perlindungan pada anak dan remaja terkait aktivitas maya mereka, seperti : 

1. Bantu anak-anak memahami informasi apa yang seharusnya bersifat pribadi. Katakan pada mereka mengapa penting untuk menyimpan beberapa hal, tentang diri mereka sendiri, anggota keluarga dan teman untuk diri mereka sendiri. Informasi seperti nama lengkap mereka, nomor telpon, alamat jalan, dan informasi keuangan keluarga seperti nomor rekening bank atau kartu kredit bersifat pribadi dan harus tetap seperti itu. Beritahu mereka untuk tidak memilih nama layar yang memberi terlalu banyak informasi pribadi. 

2. Kunjungi dan pelajari akun media sosial seperti yang dimiliki oleh anak. Buatlah akun dan gunakan ruang jejaring sosial yang dikunjungi anak-anak. Biarkan mereka tahu bahwa Anda berada di sana, dan bantulah mengajari mereka cara bertindak saat mereka bersosialisasi secara online.

3. Pelajari dan gunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang dapat mengakses dan memposting di situs media sosial anak Anda. Beberapa situs jejaring sosial memiliki setting privasi yang kuat. Tunjukkan kepada anak cara menggunakan setelan ini untuk membatasi siapa yang dapat melihat profil online mereka, dan jelaskan mengapa ini penting.

4. Dorong anak untuk memikirkan bahasa yang digunakan di media sosial, dan pikirkan sebelum memposting gambar dan video.

5. Ingatkan anak-anak bahwa setelah mereka memposting informasi secara online, mereka tidak dapat menghapusnya kembali. Selain internet menyimpan semua jejak maya penggunanya, satu platform media sosial 85 terhubung denan platform sosial media yang lain. Bahkan jika mereka menghapus informasi dari sebuah situs, versi yang lebih tua mungkin ada di komputer orang lain dan diedarkan secara online.

6. Pahami dan mengetahui bagaimana aktivitas online anak Anda. Cari tahu tentang batas yang bisa Anda tempatkan pada ponsel anak.

7. Bicaralah dengan anak-anak tentang intimidasi. Perundungan maya dapat memiliki berbagai bentuk, mulai dari menyebarkan rumor secara online dan mengirim atau meneruskan pesan pribadi tanpa persertujuan dari pemilik/pengirim asalnya sampai bentuk mengirim pesan yang mengancam. Beritahu anak-anak bahwa kata-kata yang mereka ketik dan gambar yang mereka poskan dapat memiliki konsekuensi dunia nyata. Mereka dapat membuat target perundingan merasa buruk, membuat pengirim terlihat buruk dan terkadang bisa menjatuhkan hukuman dari pihak berwajib. Dorong anak-anak untuk berbicara dengan anda jika mereka merasa menjadi target/korban perundungan/intimidasi. Setelah itu laporkan langsung ke pihak berwajib dan situs jejaring sosial.

7. Bicaralah dengan anak-anak tentang menghindari pembicaraan terkait seks secara online. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa remaja yang tidak berbicara tentang seks dengan orang asing secara online cenderung tidak berhubungan dengan pemangsa.

8. Jika Anda khawatir anak terlibat dalam perilaku online berisiko, Anda dapat menelusuri media sosial yang mereka kunjungi untuk melihat informasi yang mereka poskan. Coba cari dengan nama, julukan, sekolah, hobi, kelas, atau area tempat tinggal anda.


Oleh : Fashara Fananda Hutami dan Layli Nur Karimah



Daftar Pustaka 

Endah, Triastuti and Dimas, Adrianto and Akmal, Nurul and Pusat Kajian Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia. 2017. Kajian Dampak Penggunaan Media Sosial Bagi Anak Dan Remaja. Puskakom UI.

Komentar

Popular Posts